#Writingthon: Penulis, Peneliti, dan Cerita Lainnya.

Menulis dan Maraton. Apa hubungan kedua kegiatan tersebut?

Bila dilihat sekilas, mungkin memang nggak ada hubungannya sama sekali. Tidak pernah saling bersinggungan. Namun, apa jadinya jika kedua kata tersebut ‘disatukan’ dalam satu kegiatan?

Pose dulu~ Peserta dan Panitia (Dok. Panitia)

Jika kalian mengikuti media sosial saya terutama instagram, beberapa minggu lalu, saya sering sekali mem-posting dengan tagar #Writingthon. Nah, #Writingthon sendiri merupakan even menulis yang diadakan oleh oleh Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) yang bekerja sama dengan Penerbit Bitread sebagai pra-even #PIF2017. Melalui even ini, para penulis terpilih diminta untuk ‘menulis maraton’ selama tiga hari untuk nantinya dijadikan sebuah buku tentang Puspiptek dan semua hal yang ada di dalamnya.

Menarik bukan?
#Writingthon (Dok. Bitread)

Saya berkesempatan menjadi satu dari sepuluh penulis terpilih yang diundang langsung ke Puspiptek Tangerang untuk mengamati, mempelajari, dan menulis langsung mengenai Puspiptek dalam #Writingthon. Untuk menjadi the chosen one itu juga bukan perkara mudah. Saya bersama ratusan peserta lain yang mendaftar diaudisi terlebih dahulu. Dalam seleksi tersebut, para ‘pelamar’ diwajibkan mengirim surat permohonan, CV, portofolio, dan contoh artikel tentang peneliti di Indonesia.

Peneliti Indonesia? Emang ada?

Jawabannya bukan lagi ada atau nggak. Tapi.... banyaaaak!

Serius. Saya sempat menanyakan hal yang sama di dalam hati sebab saya tidak terlalu familier dengan peneliti Indonesia. Namun, setelah berselancar ke sana ke mari, saya hanya bisa menganga kagum (ini ungkapan apa? :,D). Ternyata banyak sekali peneliti Indonesia yang sudah berjasa untuk memajukan ilmu pengetahuan negara ini. Dan akhirnya saya memutuskan untuk menulis tentang Bapak Kaharuddin Djenod. Beliau adalah peneliti yang menciptakan kapal pertama yang seratus persen buatan Indonesia. Keren bukan? Saya amat tertarik untuk menulis bagaimana cara ia berpikir, bagaimana sampai akhirnya bisa mewujudkan mimpi-mimpinya untuk membuat kapal. Kisah tentang Beliau saya tulis dalam artikel yang bertajuk “Kaharuddin Djenod: Mimpi yang Berwujud Kapal”. (MUST. READ!) Dan artikel ini pulahlah yang mengantarkan saya jadi salah satu penulis terpilih #Writingthon.
Peserta Writingthon. Yuhuu~ (Dok. Panitia)
Seperti yang saya bilang tadi, sepuluh penulis dari berbagai wilayah dan latar belakang diundang ke Puspiptek Tangerang selama tiga hari untuk melihat langsung kegiatan yang ada di Puspiptek lalu menuliskannya dalam bentuk tulisan populer. Saya datang ke Puspiptek satu hari sebelumnya (Kamis, 23 Agustus 2017) untuk registrasi terlebih dahulu. Jika ditanya persiapan apa yang sudah saya lakukan, jawabannya nggak ada selain nge-DM-in peserta lain untuk berangkat barengan dari Soetta. Sebab, saya sama sekali nggak tahu bentuk kegiatannya bakal seperti apa. Yang saya lakukan sih hanya berharap semoga kegiatannya bakal menyenangkan. Dari bandara Soekarno Hatta, saya bertemu Tantia dan Mbak Sugiarti, dua peserta dari Pekanbaru. Kami memang sudah janjian sebelumnya untuk pergi bareng dari bandara ke Wisma Tamu Puspiptek karena sama-sama nggak tahu. Haha. Setelah kurang lebih satu setengah jam bergumul dengan kejamnya ibu tiri kota saat jam pulan kerja, akhirnya kami tiba di Wisma Tamu Puspiptek. Registrasi, dikasih goodie bag, dan kunci kamar, kami pun akhirnya bisa istirahat sejenak di kamar masing-masing. :p

Survival Kit. (Dok. Pribadi)

Setelah beristirahat di kamar (saya satu kamar dengan Mas Derry dari Bengkulu), acara #Writingthon akhirnya dimulai Jumat, 24 Agustus 2018) dan dibuka dengan kata sambutan dari kepala Puspiptek dan penerbit Bitread mengenai apa sebenarnya #Writingthon itu. Dari sana, kami mendapat banyak penjelasan mengenai Puspiptek, kawasan, lingkungan kerja, dan peneliti-peneliti Indonesia. Dari penerbit Bitread pun memberikan sambutan tentang tujuan dan apa yang mereka ingin dapatkan dari kegiatan ini. Inti dari kegiatan ini adalah para penulis diminta untuk menuliskan segala hal tentang Puspiptek dengan gaya tulisan yang populer. Ada sebelas bab yang dibagi rata kepada setiap penulis dengan maksimal jumlah halaman tiap babnya adalah sepuluh halaman. Deadline? Tentu tiga hari. Hahaha. Saya sendiri kebagian menulis tentang Bab Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Peserta dan Panitia (Dok. Panitia)

Agenda pertama adalah kunjungan ke laboratorium-laboratorium yang ada di kawasan Puspiptek. Kami bersepuluh dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil agar waktu yang digunakan dapat lebih efisien. Dan saya satu kelompok dengan Mas Mul dan Mas Nono. Di dalam agenda, kami mengunjungi tiga tempat: Pusat Teknologi Material, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi, serta Pusat Pertahanan dan Keamanan.

Pertama kali masuk kawasan Puspiptek, saya berdecak kagum. Kawasan ini sangat luas. :’) Di mobil, Mas Shiddiq menceritakan satu-satu gedung yang kami lalui. Saya sampai nggak habis pikir, Indonesia ternyata punya pusat penelitian yang amat keren. Kekaguman itu juga saya rasakan ketika berkunjung ke laboratorium-laboratoriumnya. Cerita tentang laboratorium ini bakal eksklusif ada di bukunya nanti. :p
Di depan rumah komposit untuk bencana. (Dok. Panitia)

Mendengarkan penjelasan tentang e-voting. (Dok. Panitia)
Ada satu hal keren lagi yang saya alami sekaligus jadi pengalaman berharga seumur hidup: LIHAT REAKTOR NUKLIR DENGAN MATA KEPALA SENDIRI!

Wait, what? Nuclear?

YAP!

That Nuclear?

ABSOLUTELY!

Saya bersama peserta lain berkesempatan mengunjungi Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN) yang terletak di kawasan Puspiptek. Di sana, kami diberi penjelasan mengenai nuklir Indonesia kemudian diajak langsung untuk melihat reaktor nuklir. Beritanya bisa langsung akses web BATAN ini. :”)

PS. Di belang itu reaktor nuklirnya. :D (Dok. Panitia)

Setelah puas berkeliling, kami pun kembali ke penginapan untuk mengikuti acara selanjutnya. Di sana, sudah ada dua penulis yang menunggu untuk berbagi pengalamannya menjadi peneliti di Indonesia. Dari hal tersebut, saya akhirnya tahu bahwa menjadi peneliti itu nggak melulu berhubungan dengan rumus. Ada banyak aspek penting lain seperti keluarga yang bikin kehidupan peneliti jadi nggak kaku. Benar kata orang, kadang kita terlalu sering mendeskripsikan kehidupan seseorang dari labelnya, padahal jika kita kenal lebih dalam, mungkin mereka berbeda dengan apa yang kita kira. :’)

Kegiatan hari pertama ditutup dengan..... menulis sampai pagi.

MSS. Menulis Sampai Pagi. (Dok. Panitia)

Hari kedua dibuka dengan..................... senam dan piknik!!!! Jadi, di kawasan Puspiptek, ada tempat bernama Kebun Provinsi. Tempat ini berisi pohon-pohon dan bungalow khas daerah dari seluruh Indonesia yang menjadikannya tempat teduh dan cocok buat piknik. 

Senam biar sehat. (Dok. Mbak Nunik)
Piknik di Kebun Provinsi. (Dok. Mbak Nunik)

Setelah puas berkeliling, kami menuju ke TBIC (Technology Business Incubation Center) yang letaknya nggak jauh dari Puspiptek namun beda kota. TBIC sendiri adalah tempat untuk mempersiapkan teknologi-teknologi yang akan dilepas di pasar. Di sini, kami diberitahu banyak tenan serta pengalamannya untuk menciptakan produk-produk.
Bersama Mas Burton, Pencipta Minuman Ke 'If. Humble person. (Dok. Tantia)

Kami pun diajak ke gedung Indonesia Life Science Center, sebuah pusat inovasi produk life science seperti vaksin. Sayangnya, karena gedungnya masih baru, belum ada kegiatan apa-apa. Namun, dari layout gedungnya, kita bisa melihat bahwa pusat ini modern dan canggih!

Demi vaksin Indonesia. (dok. Panitia)

Keliling-keliling kawasan Puspiptek + TBIC itu cukup melelahkan. Hahaha. Kami pun kembali ke penginapan untuk mengisi tenaga buat nulis semalaman. Hari kedua ini benar-benar hari di saat kepala harus berjuang ekstra keras. Saat malam hari, saya bersama penulis-penulis lain seperti Mbak Nunik, Tantia, Mbak Sugi, Mbah Heny, Izza, Mas Nono, Mas Mul, Mas Derry, dan Mbak Megum ‘dipaksa’ untuk menyelesaikan draft tulisan. Jadilah, dengan bekal snack + kopi yang tersedia di meja, kami berdiskusi mengenai tulisan yang akan dibuat sambil sesekali bercanda. Hahaha. Saya sendiri menulis hingga pukul dua malam. Karena kantuk yang amat sangat, saya kembali ke kamar saya. Namun, setelah masuk kamar, saya kembali melanjutkan hingga pukul tiga.

Sebelum bertempur masih pada gress~ (Dok. Mbak Nunik)

Keesokan harinya, dengan kantung mata yang menghitam, kami kembali menyelesaikan tulisan yang nantinya akan dikumpul ke pihak Bitread dan Puspiptek. :”D Hari ketiga dan hari terakhir #Writingthon. :”D Pukul delapan, kami sudah berkumpul di ruang utama untuk melaksanakan penutupan. Ada rasa haru dan bangga di diri saya karena berhasil mengikuti kegiatan yang luar biasa ini. :”D Setelah semua proses selesai, kami akhirnya diantar ke dalam bus untuk pulang ke daerah kami masing-masing. :”)

Selesai? Eits belum.

Seperti yang saya bilang sebelumnya, #Writingthon adalah pra-event dari sebuah kegiatan bertajuk Puspiptek Innovation Festival 2017. 


Kegiatan ini diselenggarakan di kawasan Puspiptek, Tangerang Selatan dari tanggal 29 September – 1 Oktober 2017. Akan banyak sekali acara-acara seperti kunjungan ke BATAN, workshop, dan Peluncuran buku hasil #Writingthon. Kegiatan ini GRATIS, tanpa dipungut biaya. Untuk info lebih lengkap, kalian bisa lihat di INNOFEST.


Saya amat beruntung untuk jadi bagian dari #Writingthon #1. Di sini saya dapat menuliskan karya-karya anak bangsa di Puspiptek agar bisa dikenal oleh orang banyak. Saya pun merasa bangga dapat berbagi cerita dengan kalian tentang Puspiptek dan Ilmu Pengetahuan Indonesia lewat tulisan saya yang nantinya akan diluncurkan dalam acara #PIF2017. Semoga bisa menjadi jembatan bagi kalian untuk kenal, bangga, dan cerita ke banyak orang tentang karya anak bangsa. Melalui tulisan ini, saya berterima kasih kepada Penerbit Bitread, Puspiptek, dan semua orang yang terlibat di #Writingthon ini. Mas Luttfi, Mas Shidiq, Mbak Anita, Mbak Prima, Mbak Amal, Mas Dikdik, dan semua yang ada di balik layar. Kepada ke sepuluh peserta saya juga berterima kasih atas pengalaman berharganya. :D


Terima kasih semuaaa (Dok. Pribadi)

Info tentang #Writingthon bisa dibaca di sini:
Diwawancara dulu. :p (Dok. Panitia)

5 komentar

  1. Mantap itu
    Kapan di adakan kegiatannya lagi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo mas. Sekarang lagi ada nih. #Writingthon Asian Games. Cek instagram bitread_id atau di bitread.id/asiangames, ya. ^°

      Hapus
  2. Pengen tanya2 leboh bnyak tentang writingthon, pengen lolos di writingthon asean games wkwkw

    BalasHapus
  3. Kak jadi aku kepilih ikut writingthon asian games 2018. Wktu kakak ikut writingthon, ada persiapan gitu2 ga?

    BalasHapus