Setiap Tempat Punya Cerita [Bimo Rafandha]


Judul : Pulang
Tempat : Gunung Dempo, Pagaralam, Sumatera Selatan


Tugu Rimau di titim awal pendakian Gunung Dempo

***

"Nanti kita harus pergi ke tugu Rimau, ya."
"Emang mau pergi ke sana beneran?"
"Iya. Kata orang pemandangannya bagus. Kayak berada di atas awan."
"Aku gak percaya."
"Maka dari itu, mari kita buktikan!"

***

Percakapan itu yang menbawaku ke sini saat ini, titik awal pendakian gunung Dempo, Pagaralam di ketinggian 1820 mdpl. Aku benci mengakuinya tapi kau benar. Aku memang sedang berada di atas awan.

Dan memang pemandangannya sangat indah.

Sebagai orang yang gila berpetualang, aku tidak mengerti mulanya mengapa gunung ini menjadi tempat pertama bagimu untuk memulai pendakian. Bukankah masih banyak gunung-gunung lain yang pemandangannya luar biasa. Entahlah, pemikiran setiap orang itu berbeda-beda, bukan? Yang aku tahu, dari mulutmu hanya meluncur satu kalimat, "Kenali dulu rumah sendiri baru pergi bertamu ke tempat orang lain." 

Dan memang benar, Pagaralam memang menjadi rumahmu sendiri. Tinggal merantau ke kota penuh sesak, Palembang, kau selalu rindu tempat ini. Kota kecil di propinsi Sumatera Selatan yang dipagari oleh bukit-bukit serta gunung yang menjulang. Suasana asri dan dingin. Ha. Aku masih sangat ingat ketika kaumenceritakan kotamu dengan berapi-api.

Kini, aku berdiri, memandang satu batas antara langit dan bumi. Semuanya tampak sempurna, jika ada kau tentunya.

Kau mengalami musibah kecelakaan, beberapa hari sebelum kita memulai pendakian. Sesungguhnya, aku sama sekali tak ingin pergi. Tapi, aku teringat mimpimu. Dan pendakian ini sesungguhnya untukmu. Aku membawamu pulang dalam satu ragaku, sementara kau terbaring lemah di rumah sakit. 

Aku menarik napas panjang, mencoba memasuki udara pagi ke dalam tubuhku. Kemudian aku menyalakan ponsel, mencari namamu di kontak, lalu mulai mengetik pesan singkat.


Aku sudah sampai di tugu Rimau. Pemandangannya bagus. Cepatlah sembuh dan kita akan kesini lagi.

Aku menyayangimu.


Tak lama setelah itu, ponselku berdering. Tanpa percakapan. Hanya isakan tangis yang meraung-raung terdengar.

Saat itu pula aku tahu...





Kau benar-benar pulang...

***


***

Pagaralam, Sumatera Selatan

Me!

Singa Sirkus

Ada banyak kata-kata yang ingin aku ungkapkan kepadamu. Tentang bagaimana kamu sudah berhasil mencuri hal yang paling penting bagiku dalam sebulan ini: perhatianku.

Kamu adalah perempuan biasa, aku tahu. Apa yang spesial dari perempuan dengan rambut hitam panjang yang tergerai, dengan pipi menggembung gemas, mata bulat besar berwarna coklat muda, hidung mancung dengan satu tahi lalat kecil tepat di sebelah kiri, bibir kecil tanpa polesan apa-apa yang berhasil membuatku tertegun dengan sempurna? 

Apa yang istimewa, hah?

Tapi tetap saja, aku merasa terusik. Seperti singa yang digelitik, mungkin aku bukan lagi bangun, tapi sudah siap menerkam.

Tapi, apalah daya, aku seperti singa sirkus, luluh di tanganmu.

Huh.

Tapi,

Ah, aku memang pria yang penuh alasan. Padahal, di tempat lain, aku tidak seperti ini.

Kini, aku melihatmu. Dan perasaan itu muncul lagi. Aku sudah bosan, sungguh. Jadi, aku akan mengatakan semuanya. Alasanku menganggapmu sedikit hmmm... istimewa?

Aku akan menghampirimu. Dan aku harap kamu siap.

Pelan-pelan...

Dan aku di hadapanmu sekarang. Sudah saatnya aku mengatakannya.

"Hai."


Aku harap kamu membalasnya.