Adu Domba ala Garut: Bukan Sekadar Ajang Adu-Aduan



Lapangan itu sunyi. Yang terdengar hanya iringan pukulan gamelan tembang Sunda yang dimainkan oleh para pemusik dari panggung kecil di samping lapangan. Selebihnya, orang-orang yang bergumul padat di pinggir lapangan menahan napas, berusaha tidak bersuara sama sekali. Mata mereka fokus menelusuri ke tengah lapangan, melihat dua objek yang saling menatap garang. Dari tempat para penonton berdiri, mereka bisa merasakan tensi.

Lain di pinggir, lain di tengah lapangan. Dua objek yang dipertontonkan itu saling tatap. Dengan masing-masing satu orang pendamping yang dengan telaten memeriksa keadaan mereka, dua objek itu berusaha untuk bergerak. Tanpa basa-basi, keduanya lalu dibawa masing-masing pendamping ke sisi kanan dan kiri. Satu orang mengambil tempat di di antara mereka. Iringan musik yang terdengar tadi makin meningkatkan ritmenya. Perlahan-lahan menjadi semakin cepat seiring dengan suasana menegangkan yang hadir di antara mereka.

Tepat dengan satu aba-aba, dua objek itu berlari kencang. Kaki-kaki mereka yang kecil menggesek kasar tanah, rumput, entah apapun yang ada di bawah mereka. Keduanya seolah tidak peduli. Kepala mereka menunduk, memamerkan mahkota keras yang berkilau terkena sinar matahari yang menyengat. Dan sepersekian detik kemudian, dua tanduk mereka beradu.

Bam! Satu kali. Badan mereka sedikit mundur ke belakang seperti terbang. Kedua kaki di bagian belakang akan terangkat. Penonton bersorak riuh. Mereka kembali mengambil ancang-ancang.

Bam! Benturan kedua. Bunyi kedua tanduk yang beradu itu terdengar keras. Kali ini, tepuk tangan penonton terdengar bersahutan.

Dari situ, dua tanduk itu semakin sering beradu. Kadang di antara pertandingan yang intens itu, ada sedikit jeda bagi mereka untuk bernapas. Selebihnya, untuk waktu yang cukup lama, mereka berlaga. Pertandingan itu terus berlangsung hingga hantaman ke dua puluh.

Pemandangan seru seperti itu dapat kita temui di Kabupaten Garut. Garut adalah sebuah kabupaten yang berada di provinsi Jawa Barat yang terletak 64 KM sebelah tenggara dari Kota Bandung. Secara geografis, wilayah ini berada di ketinggian 0 KM hingga 2.800 KM yang memberikan topografi wilayah lengkap mulai dari garis pantai sepanjang 90 KM yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan gunung-gunung tinggi menjulang seperti Gunung Gede, Gunung Guntur, dan Gunung Cikuray. Tak ayal, dengan bentangan seperti itu, dari dulu Garut terkenal sebagai daerah wisata Swiss van Java.
Yang harus kamu tahu tentang Garut. (Dok. Pribadi)
Nah, di wilayah Garut ada satu objek yang amat terkenal di masyarakat hingga saat ini: domba garut. Ya, domba garut sudah menjadi hewan ikonik wilayah ini hingga dikenal seantero negeri. Keberadaan hewan ini pula mengembangkan kesenian yang turun-menurun berada di tengah masyarakat: Seni Adu Tangkas Domba Garut. Namun sebelum membahas mengenai kesenian tersebut, apa sih yang membuat domba garut menjadi hewan yang istimewa?



Secara umum, domba garut adalah domba lokal yang dapat ditemui di wilayah Priangan. Dengan nama spesies Ovies aries, diyakini bahwa domba garut merupakan hasil dari persilangan tiga jenis domba yaitu domba lokal Priangan, domba merino asal Spanyol, dan domba kaapstad asal Afrika. Yang unik justru asal usulnya. Alkisah, domba merino dan domba kaapstad dibawa oleh pemerintah Belanda pada tahun 1864 untuk diberikan kepada KF Holle, pengusaha teh di Priangan. Lima tahun kemudian, tepatnya tahun 1869, domba-domba tersebut dipindahkan ke daerah garut secara bertahap. Perpindahan itu kemudian sampai kepada Bupati Suryakarta Legawa yang memiliki domba kaapstad dan merino. Penyebaran yang massal mengakibatkan persilangan yang berlangsung terus-menerus selama bertahun-tahun hingga menjadi jenis domba garut seperti sekarang. Keren, kan?

Sebagai domba lokal, domba garut memiliki karakteristik yang berbeda dengan jenis domba asli dan domba lokal lainnya, loh. Karakteristik inilah yang membuat domba garut ditetapkan oleh pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2914/Kpts/OT.140/6/2011 sebagai sumber daya genetik ternak (SDGT) lokal Indonesia yang perlu dilindungi dan dilestarikan. Jenis domba ini memiliki tubuh dan kepala dengan warna dominan kombinasi hitam-putih. Bentuk telinganya pun kecil (rumpung) dengan garis muka cembung. Ukuran tubuh domba ini pun bervariasi dengan rata-rata tinggi 65 cm untuk betina dan 74 cm untuk jantan. Panjang badannya pun mulai dari 56 cm untuk betina dan 63 cm untuk jantan. Berat keduanya pun berbeda: 36 Kg buat betina dan 57 Kg buat jantan. Ekornya berbentuk segitiga dengan bagian pangkal yang melebar lalu mengecil ke ujungnya. Bentuk ini memiliki istilah ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong.
Pejantan tangguh. (Dok. Greeners)
Domba garut. (Dok. Ditjen PKH)
Yang menarik tentu tanduk yang menghiasi kepala domba garut. Untuk domba jantan, bentuk tanduknya besar dan panjang dengan variasi bentuk melingkar atau melengkung mengarah ke depan dan ke luar. Sedangkan untuk domba betina, kadang ada tanduk kecil yang menghiasi kepalanya atau bahkan tidak ada tanduk sama sekali. Beragam jenis tanduk seperti nagbendo, gayor, golong tambang, leang, hingga sogong dibedakan berdasarkan letak tanduk, jarak tanduk, hingga bentuk tanduknya.

Lima fakta tentang domba garut. (Dok. Pribadi)
Selama ini domba garut dipelihara oleh masyarakat secara tradisional sebagai hewan ternak untuk diambil kulit dan dagingnya hingga bisa jadi sumber pendapatan. Namun bagi sebagian orang, anatomi dari domba garut yang seperti itu—apalagi domba garut jantan, membuatnya jadi ikon ketangkasan. Ditambah lagi sifatnya yang agresif memunculkan seni yang turun menurun berkembang di dalam masyarakat Garut: Seni Adu Tangkas Domba Garut.



Bila orang melihat kesenian yang melegenda ini, banyak yang beranggapan apa istimewanya dua domba dengan tanduk besar di kepala saling beradu di tengah lapangan kemudian dipertontonkan ke seluruh lapisan masyarakat? Tak salah memang. Bagi yang tidak mengerti, ajang ini mungkin terkesan seperti adu-aduan. Akan tetapi, nyatanya kesenian ini bukan hanya sekadar itu loh. Kesenian ini sudah menjadi budaya yang turun-menurun diwariskan di tengah masyarakat Garut.

Kesenian ini dipercaya berasal dari para penggembala domba garut yang ada di tahun 1900-an. Saat mereka sedang berada di tanah lapang, mereka melihat domba-domba jantan yang mereka gembalakan memiliki sifat agresif yang suka menyerang satu sama lain. Dan untuk mengisi kebosanan, mereka pun menyabit mengadu domba-domba jantan yang ada di sekitar mereka. Pertandingan iseng ini kemudian diketahui oleh para juragan—sebutan pemilik domba. Lima tahun kemudian, mereka menyelenggarakan kegiatan adu domba antar kampung dalam satu agenda khusus. Puncaknya, kegiatan ini pun menyebar ke daerah lainnya.

Sejarah adu domba garut ini memiliki daftar yang panjang. Apalagi semakin ke sini, masyarakat menjadi semakin peka terhadap kondisi domba yang dipertandingkan. Beberapa berpendapat bahwa kegiatan seni ini adalah bagian dari penyiksaan hewan. Untuk itulah, di tahun 1980-an, Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) pertama menyepakati istilah seni adu domba menjadi ketangkasan domba. Selain itu, mereka pun menetapkan peraturan-peraturan yang harus ditaati agar seni ini dapat diterima di masyarakat sebagai produk kesenian yang menghibur.
Sejarah panjang seni ketangkasan domba garut. (Dok. Pribadi)


Jika kalian pikir adu tangkas domba garut adalah pertandingan dua domba hingga salah satunya cedera kalian mungkin perlu mengoreksinya. Kesenian adu tangkas domba garut tersebut bukan sekadar adu-aduan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, saat ini pertandingan adu tangkas domba garut sudah menjadi wisata budaya yang dapat dinikmati semua masyarakat. Untuk itulah ada batasan dan peraturan yang melingkupi pertandingan ini.

Salah satu yang paling mendasar adalah pembagian kelas domba garut. Jadi untuk domba-domba yang diadu, semuanya diukur berdasarkan kelas masing-masing yaitu kelas A, B, dan C. Semua dibedakan berdasarkan berat domba. Dan juga peraturan pertandingan menjadi maksimal dua puluh kali adu tanduk atau pukulan kepala domba menjadi perubahan besar untuk membuat domba yang bertanding tidak terlalu cedera.

Secara umum, untuk domba garut yang dapat dipertandingkan memiliki umur lebih 2 hingga 6 tahun. Biasanya, domba laga telah dilatih terlebih dahulu seperti berenang di sungai untuk menguatkan otot-ototnya sehingga memiliki kuda-kuda yang kuat saat bertanding. Terkadang, tanduk domba pun diasah sedemikian rupa hingga jadi simetris dan mengkilap. Makanan mereka pun diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan kelas-kelas yang ingin dipertandingkan.

Saat waktu laga dimulai, domba-domba itu kemudian dibawa menuju arena bertanding oleh para pendamping yang disebut malandang. Tugas malandang adalah memastikan domba garut yang dipertandingkan memiliki kondisi prima. Malandang membawa domba ke pekalangan—tempat menunggu—lalu mengatur posisinya agar siap diadu. Bila sudah pada posisinya, di sinilah ada tiga peran penting yang hadir yaitu wasit, juri dan protokol. Seperti di pertandingan olahraga peran wasit di sini pun sama. Wasit bertugas untuk mengawasi jalannya pertandingan. Ia berhak mengatur jalannya pertandingan baik menghentikan pertandingan bila telah membahayakan keselamatan domba.
Wasit dan Mendalang siap untuk laga. (Dok. Dispadbud Jabar)
Nah, juri di sini bertugas untuk menilai jalannya pertandingan. Inilah bedanya adu domba dahulu dengan sekarang. Penentuan pemenangnya tak lagi ditentukan dari domba yang berhasil membuat lawannya cedera. Sekarang, tim juri menilai dari berbagai aspek untuk menentukan sang domba juara. Penilaian itu meliputi adeg-adeg atau bentuk tubuh domba, kesehatan domba teknik pemidangan yang meliputi jarak ancang-ancang, keindahan melangkah, kecepatan gerakan, teknik pukulan, dan keberanian dari domba itu sendiri. Banyak bukan? Nantinya juri yang biasanya berjumlah tiga orang ini akan memberi poin-poin untuk masing-masing aspek.

Lain halnya dengan protokol. Laiknya acara-acara resmi, protokol bertugas memandu acara kesenian ini dari awal hingga akhir. Ia mengumumkan domba-domba mana saja yang akan bertanding, bagaimana bentuk penilaian menyapa para penonton, hingga menutup acara. Protokol menjadi peran vital karena ialah yang mengetahui dan menjelaskan seluk-beluk kegiatan kesenian adu tangkas domba garut ini.
BAM! Kepala beradu. (Dok. Dispadbud Jabar)
Ketika wasit telah memberi aba-aba untuk mulai, para mandalang melepaskan domba masing-masing. Sifat agresif domba garut jantan membuat kedua domba secara naluriah membenturkan kedua kepalanya satu sama lain. Dan pada saat inilah keduanya dinilai oleh dewan juri. Secara umum, pukulan yang diterima oleh kedua domba tak lebih dari dua puluh pukulan. Akan tetapi, bila di pertengahan pertandingan ada tanda-tanda salah satu domba yang diadu mengalami cedera, pertandingan dapat dihentikan. Seru bukan?
Seperti terbang. (Dok. Pesona Travel)


Sebagai produk budaya, seni ketangkasan domba garut adalah sebuah ajang pesta rakyat Garut. Kegiatan ini adalah ranah silaturahmi seluruh lapisan masyarakat termasuk para peternak domba garut, masyarakat biasa hingga para juragan. Ada pula industri peternakan yang turut serta memeriahkan. Di ajang ini, seni khas Sunda juga turut hadir memberi keriuhan. Semua bersuka cita, bercampur menjadi satu menyaksikan pertandingan. Tua muda, kaya miskin, status sosial apapun semua berbaur tanpa memandang perbedaan apapun.
Semua berbaur di ajang pesta rakyat. (Dok. Dispadbud Jabar)
Dalam praktiknya pula, beragam dampak pun dirasakan baik oleh para pemilik domba hingga masyarakat. Selain sebagai ajang hiburan, kegiatan kesenian ini juga memiliki nilai ekonomi yang sayang untuk dilewatkan. Bagi para pemilik, domba garut yang sering mendapatkan title juara mau tidak mau melambungkan harganya sehingga menaikkan ‘kelas’ di mata peternak lainnya. Sedangkan saat kegiatan berlangsung, banyak masyarakat yang hadir dan menjajakan barang dagangannya. Hal ini secara tidak langsung mendongkrak kegiatan ekonomi itu sendiri.

Empat hal yang bisa didapatkan dari adu ketangkasan domba garut. (Dok. Pribadi)
Adu tangkas domba garut hingga sekarang sering kali dilakukan tiap minggu. Untuk acara resmi pemerintah, kegiatan ini biasa dilakukan 3 – 4 kali dalam setahun seperti pada hari jadi Kabupaten Garut dan hari besar nasional. Hal ini dilakukan untuk tetap merawat nilai-nilai budaya yang ada di Kabupaten Garut. Tradisi budaya yang telah mengakar selama ratusan tahun tersebut penting untuk dilestarikan sebagai unsur seni yang enak dipandang. Pun dengan keberadaan domba garut itu tersendiri. Sebagai sumber daya genetik ternak sudah seharusnya keberadaan domba garut terus diperhatikan. Eksistensinya perlu dijaga agar dapat mendongkrak pariwisata melalui wisata budaya seperti adu tangkas ini.

Sebab, kekayaan budaya Indonesia terletak dari jenis kebudayaan yang beragam. Dan kesenian adu tangkas domba garut ini adalah gabungan hewan ikonik Kabupaten Garut dan laga budaya yang melegenda. Sudah sepatutnya untuk terus ada.

6 Alternatif Tempat Bermain Anak di Palembang dengan Traveloka Xperience

Bisa dibilang merencanakan liburan dengan anak jadi perkara yang cukup sulit. Apalagi di Palembang yang notabene memiliki sedikit obyek wisata yang ramah anak. Salah satu jalannya yaitu berkunjung ke tempat bermain anak dalam ruangan. 

Tempat bermain ini selain dapat digunakan untuk bersenang-senang, juga mampu melatih anak untuk bersikap aktif dan terus bergerak. Anak pun dapat bersosialisasi dengan rekan sebayanya sehingga dapat membantu sang anak menjadi pribadi yang lebih peka. Aspek kreatif dan inovatif pun diasah dengan permainan yang beragam.

Selain itu, keberadaan tempat bermain anak yang kebanyakan bertempat di mal-mal strategis di kota Palembang menjadi nilai plus tersendiri. Tempat seperti ini diyakini lebih aman dan nyaman sehingga para orang tua dapat ikut mengawasi. Jadi, tak salah jika orang tua urban di Palembang lebih memilih mengajak anaknya ke tempat bermain.

Di Palembang sendiri, ada beberapa alternatif yang bisa kalian pilih dengan harga yang bervariasi. Berikut aku udah bikin enam alternatif tempat bermain anak di Palembang yang pastinya seru banget buat anak-anak!


  • LET’S SKATE AT OPI ICE RINK

Siapa sih yang nggak suka sensasi ber-skate ria di lantai yang licin? Manuver-manuver cantik bisa kita buat dan cocok sekali bagi anak-anak. Nah, di sini semua tersedia. Let’s Skate at OPI Ice Rink berada di lantai paling atas OPI Mall Palembang. Di sini anak-anak bebas bermain mengelilingi kawasan ini tanpa takut cedera sebab media yang digunakan adalah material sintetik. Harga tiketnya bervariasi mulai dari Rp 40.000 hingga Rp S0.000!
Dok. Traveloka
Dok. Traveloka
  • KIDZOONIA OPI MALL DAN PALEMBANG ICON

Mungkin sebagian orang telah mengenal Kidzoona sebagai tempat bermain dalam ruangan favorit bagi anak-anak. Tak heran sebab Kidzoona memberikan aktivitas dan permainan yang dapat melatih anak untuk berpikir lebih aktif dan kreatif. Di Palembang sendiri, ada dua Kidzoonia yang dapat dikunjungi yaitu di sisi ulu yaitu Kidzoonia OPI Mall dan di ilir yaitu Kidzoonia di Palembang Icon. Dengan harga Rp 90.000 hingga Rp 1S0.000, anak-anak dapat memainkan beragam permainan menarik dan coba profesi seperti polisi, chef, hingga dokter. Keren kan?
Dok. Traveloka
Dok. Traveloka

  • THE PLAYGROUND PALEMBANG INDAH MALL

The Playground adalah tempat bermain anak terbesar yang ada di Palembang. Dengan arena permainan sebanyak lebih dari 9 wahana seperti permainan pasir, permainan bola, hingga trampolin dan tali-tali sangat cocok dengan usia anak 1 hingga 12 tahun. Tha playground ini terletak di Palembang Indah Mall yang mudah dijangkau. Dengan pilihan tiket per area atau all in maka sangat cocok bagi anak-anak yang ingin menjajal kemampuan bermainnya.
Dok. Traveloka
Dok. Traveloka

  • THE LOFT PALEMBANG INDAH MALL

The Loft Palembang Indah Mall mungkin satu-satunya wahana permainan yang mengusung konsel outbound yang ada di Palembang. Terletak di lantai 3 Palembang Indah Mall, terdapat lima wahana yang dapat dipilih mulai dari Rope Game, Bumper Car, Excavator, Inflatables, dan Mini Infatables. Wahana ini lebih dikhususkan untuk anak-anak yang beranjak remaja sebab permainannya yang mengusung konsep petualangan. Tiketnya pun beragam per wahana mulau dari Rp 2S.000 hingga Rp 7S.000.
Dok. Traveloka
Dok. Traveloka

  • BOULDER TRAMPOLIN PARK OPI MALL

Ingin bermain sekaligus berolahraga? Tempat ini mungkin solusinya. Boulder Trampolin Park adalah wahana olahraga melompat yang terletak di OPI Mall Palembang. Di tempat ini, anak-anak dapat dilatih kekuatan fisiknya melalui beragam wahana permainan dan akrobatik seperti menangkap bola dan wall cimbing. Tentunya akan ada pemateri yang mengajarkannya, loh. Jadi jangan takut. Untuk anak usia 4 tahun, wahana ini sudah dapat dicoba.
Dok. Traveloka
Dok. Traveloka

  • MINIAPOLIS

Arena bermain anak dengan konsep unik ini hadir di Palembang Icona Mall di lantai dua. Ada area kegiatan yang bisa anak-anak pilih seperti memasak hingga kreativitas. Ada pula area doodle yang memungkinkan anak bebas corat-coret dinding tanpa perlu khawatir. Tempat yang dirancang untuk usia 6-12 tahun ini menghadirkan keseruan yang membuat anak berani mencoba banyak hal baru. Anak-anak pun dapat membangun kemampuan berkomunikasinya dengan kawan sebayanya. Menarik bukan?
Dok. Traveloka
Dok. Traveloka

Meski kebanyakan aktivitas seperti ini mahal, akan tetapi ada satu tips bagi para orang tua yang pengin ajak anak liburan ke tempat bermain anak namun nggak bikin kantong jebol: Traveloka Xperience.

LIBURAN HEMAT DENGAN TRAVELOKA XPERIENCE

Traveloka Xperience adalah fitur baru dari Traveloka untuk menjembatani kebutuhan akan gaya hidup masyarakat Indonesia. Sesuai namanya: Xperience, fitur ini memberi banyak pilihan kegiatan yang ada di sekitar kita mulai dari wahana permainan, nonton bioskop, event, hiburan, olahraga, kecantikan, taman bermain, transportasi tur, perlengkapan liburan, makanan, hingga kelas yang bisa diikuti. Banyak bukan? Semuanya sangat mudah didapat. Cukup dengan satu kali klik. Dan yang pasti banyak promo juga loh yang ada di sini.

Nah, semua taman bermain yang ada di atas ternyata juga bisa diakses langsung dengan Traveloka Xperience, loh. Conthnya nih, kalau ingin mengajak anak bermain trampolin lewat Traveloka Xperience, maka kalian cukup buka aplikasi Traveloka di ponsel pintar kalian. Nah di tampilan utamanya, pilih ikon Xperience.
Tsmpilan awal Traveloka.

Setelah itu, kalian akan berada di halaman Xperience. Ada banyak kategori Xperience yang dapat kalian cari. Saranku sih untuk memilih tempat atau aktivitas langsung di kolom pencarian. Nah barulah kalian dapat melihat berbagai aktivitas yang ada. 
Banyak yang bisa dipilih.

Tinggal klik ‘find voucher’. Kalian akan diberikan pilihan voucher yang kalian bayarkan. Lalu masuk ke halaman konfirmasi dan tinggal bayar deh. Mudah kan? Mana dapat potngan harga pula. Jadi lebih murah!
Ada diskon!


Nih silakan pilih.

Jadi, saat musim liburan tiba bila bingung mau ke mana, bisa banget mengunjungi wahana bermain di atas untuk merasakan #XperienceSeru. Dan jangan lupa pakai Traveloka Xperience buat dapetin promo menarik.

Cheers!

Done: Cara Kun Saraswati Berkata ‘Cukup’


Pernah nggak kalian berada dalam satu keadaan layaknya peribahasa: hidup enggan mati pun tak mau? Keadaan di saat kalian telah melakukan sesuatu sekuat tenaga kalian namun tak ada hasil yang kalian dapatkan. Di saat kalian berharap ada seberkas cahaya di ujung jalan kalian namun yang kalian dapatkan hanya berjalan sendirian di lorong pekat dan pengap yang ujungnya samar.

Di situasi yang seperti itu semua tampaknya serba salah. Ada banyak rasa kecewa yang hinggap di dada. Kecewa terhadap situasi yang tidak tepat, timing yang tidak pas, atau bahkan kepada manusia yang ikut terlibat. Pastinya perasaan jadi tak keruan. Di sanalah kita merasa terasing di tengah keramaian. Dan pada akhirnya mempertanyakan satu-satunya pertanyaan yang ada: apakah sudah saatnya kita menyerah lalu move on begitu saja?


Mungkin perasaan inilah yang menghinggapi Kun Saraswati. Nama ini terdengar asing di telinga. Ya, dara berusia 21 tahun ini bisa dibilang baru menjejaki dunia musik tanah air. Meski begitu, musik sudah jadi bagian dari hidupnya selama ini. Sedari berumur tiga tahun, ia mulai menunjukkan bakat bernyanyi. Melihat bakat musikalitasnya, dari umur lima tahun, Kun Saraswati sudah mengambil pelajaran piano klasik. Tak hanya itu, ia juga mengasah kemampuan bermain gitarnya secara otodidak.

Di umur yang ke delapan belas, Kun Saraswati diterima di Universitas Pelita Harapan Fakultas Seni Musik. Ini adalah langkah awal baginya untuk memulai karir musik secara profesional. Kun Saraswati pun mulai menulis lagu. Inspirasinya Diana Krall, musisi jazz asal Kanada dengan seabrek penghargaan. Dan setelah tiga tahun berlalu, saat ini, ia siap serius berkarir di belantika musik Indonesia. Dengan semangat “I Love What I Do And I Do What I Love”, Kun Saraswati pun mulai merilis lagu.


Tanggal 4 Oktober 2019 ditandai sebagai jejak pertama Kun Saraswati. DONE dipilih sebagai judul lagu Kun Saraswati yang menceritakan kegelisahannya saat dikecewakan oleh orang-orang sekitarnya. Dan berawal dari kegelisahan itulah, lagu ini ditulis pertengahan tahun 2016 lalu. Namun, untuk menjadikannya sebuah lagu utuh, butuh waktu yang tidak sedikit. Barulah Agustus 2019 lalu, lagu Kun Saraswati ini rampung.

Sejujurnya, ketika pertama kali akan mendengarkan lagu ini aku sedikit skeptis. Apalagi selera musikku yang sama sekali nggak seperti orang kebanyakan. Tidak ada satu tipe musik yang kusuka. Aku lebih menekankan pada lirik musiknya. Bagiku, sebuah lagu entah lagu Indonesia atau negara lain haruslah pandai bercerita. Lewat lirik-liriknya, sebuah lagu dapat menyampaikan perasaan yang dibawa oleh penyanyinya. Dan ketika mendengarkan lagu Kun Saraswati ini, aku tertohok.

            Take me with you.
            Or let me be with you.
            But if we knew.
            I’m trynna forget you.

Baru awalnya saja, lirik musik Kun Saraswati ini udah bikin merinding. Tipe-tipe musik yang adem dan nggak heboh emang cocok banget bagiku. Iringan biola pada awal lagu membuat kesan sakral dengan iringan instrumen yang minim. Saat memasuki bait pun, petikan gitar jadi lebih dominan.

            What did I do.
            I’m feeling so pale blue.
This felt so true.
But how about you.

Memasuki bait ke dua lagu Kun Saraswati, musik menjadi lebih intens dengan tambahan petikan biola yang mengalir lembut. Yang kusuka dari bait ini adalah penggunaan frase so pale blue. Banyak lagu Indonesia yang berlirik bahasa Inggris yang bertipe seperti ini lebih memilih penggunaan lirik yang minim frase yang terkesan puitis namun tetap enak dilafalkan.

The sky starts raining.
But my heart keeps tracing.
The storms are raging.
But my heart keeps falling.

Prechorus yang dikasih juga jadi jembatan yang pas. Dengan tempo yang lebih lambat masih dengan alunan biola dan gitar terasa syahdu di telinga. Apalagi permainan rima yang menurutku brilian. Kun Saraswati mampu membawa iringan lagu ke klimaks.

I’m clinging on to you.
Just tell me it’s not true.
The violets are not blue.
I’m clinging on to you.
Just tell me it’s not true.
And there is no I love you.

Ada satu kalimat yang kusuka dari reff ini: “The violet are not blue”. Kalimat ini seringkali dipakai dari ungkapan puisi lama ‘Roses are red. Violet are blue’. Puisi ini adalah puisi romantis yang biasa digunakan untuk merayu pasangan. Namun di lirik lagu Kun Saraswati ini, metafora itu seakan diberi arti kontradiksi dengan kesan menyayat hari. Hal ini diperjelas dengan bait-bait lirik reff. Jarang kan lagu Indonesia yang memakai rima seperti ini?

I’m broken in two,
I’m drowning in deep blue.
My feelings for you
Has drowned with me too.

Verse kedua lagu ini makin dibuat intens dengan tambahan instrumen drum yang terdengar di belakang. Hal ini membuat ritmenya nggak monoton di telinga. Keberadaan ritme yang seperti ini juga berlanjut ke modulasi reff kedua.

What I’m gonna do?
Tell me what I’m gonna do?

Bridge lagu ini jadi jembatan yang pas untuk mencapai klimaks lagu. Dengan melodi yang semakin banyak dipakai menambah kesan suspens ke reff akhir lagu, apalagi dengan sentuhan doubling yang tipis.

But if we knew.
I’m done with you.

Judul lagu Kun Saraswati berada di akhir lagu dan menutup keseluruhan lagunya yang apik. Sederhana namun membekas. Setelah dibawa dengan tempo cepat di pertengahan, penutup yang manis dengan hanya petikan gitar dan vokal Kun Saraswati.




Secara garis besar aku menyukai lagu ini. Kun Saraswati mampu menyejukkan industri musik tanah air. Meski lirik yang ada adalah bahasa Inggris, namun ini tetap lagu Indonesia karya anak bangsa. Aku membayangkan mendengar lagu ini malam-malam lewat radio sebagai pengantar tidur atau duduk menikmati kopi senja.

Lirik musik Kun Saraswati yang puitis sangat cocok dinikmati sembari menutup mata dan membayangkan segala hal yang terjadi. Senada dengan yang kurasakan ketika mendengar lagu ini, Kun Saraswati ingin menyampaikan pesan untuk berkata ‘cukup’. Saat kita berada dalam keadaan yang tidak baik, jangan takut untuk menyudahi. Dalam hal apapun. Meski pada kenyataannya itu sulit untuk dilakukan, yang harus kita ingat, mempertahankan hal yang tidak baik pasti membawa yang tidak baik juga bagi kita.

Kadang kita takut untuk menyudahi dan berkata semua akan baik-baik saja, akan tetapi kadang kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Jadi, saat kita bilang ‘cukup’, pasti kita akan sedih. Rasa lain ikut hadir. Yang terpenting adalah bangkit lalu semangat memulai yang baru. Di lirik lagu Kun Saraswati terakhir, ia menyampaikan perpisahannya setelah berkontemplasi lama. Ketika pelafalan ‘done’ sesuai dengan judul lagu Kun Saraswati membuat kesan ia cukup menghadapi itu semua. Dan menurutku, itu adalah anthem yang sangat cocok untuk orang-orang yang akan move on.

Nah, lagu dari Kun Saraswati ini bisa kalian dengarkan mulai 4 Oktober 2019 di berbagai streaming platform seperti Spotify, Joox, dan iTunes. Tak lupa ada video liriknya pula di media platform youtube! Sila ditengok! Dijamin baper!



Cheers!