[Review] Hujanlah Lain Hari - Lindaisy

https://rantingkemuning.files.wordpress.com/2015/01/hujanlah-lain-hari.jpgPenulis   : Lindaisy (@shawolinda)
Bahasa    :  Indonesia
Penerbit :  Diva Press    
Jumlah Halaman : 356 Halaman
Blurb     :
“Yang ia tahu, saat bersama dengan laki-laki itu, ia tak perlu bersikap sok tegar, sok kuat, sok bisa, dan segala macam sok lainnya. Ia senang karena bisa menangis tanpa beban dan bertingkah konyol di depannya.”
***
Kedai ramyeon mempertemukan Shim Jangwoo pada Geum Janhwa, nona pemilik kedai. Dan, hujan malam itu memaksa Jangwoo untuk menemuinya lagi, untuk mengembalikan payung sang nona.

Sebuah kebetulan yang manis. Jangwoo yang tadinya penyanyi di klub malam malah banting setir menjadi pelayan di sana. Tidak hanya belajar membuat mi yang lezat, Jangwoo pun merasa perlu memahami karakter bosnya yang unik, juga gigih itu. Hingga, Jangwoo akhirnya tahu bahwa sosok sang bos ternyata memiliki keterkaitan dengan masa kecilnya.

Namun, sebuah peristiwa di apartemen Janhwa melempar Jangwoo pada posisi sulit. Ia dituduh sebagai otak pencurian dokumen penting milik Janhwa. Sayangnya, Janhwa memilih untuk tidak mempercayai Jangwoo. Dalam kondisi tak berdaya, Park Woohyun, laki-laki yang disukai Janhwa, memberi Jangwoo bantuan. Sebuah bantuan bersyarat yang menyusahkan Jangwoo.
 
 ***
 
 Akhirnya... Kesampaian buat review buku ini. ^^ Terima kasih kak Linda yang udah kasih buku ini (plus kata-kata penyemangatnya di halaman awal). Akhirnya novel ini lahir juga. :p ^^
 
Hujanlah lain hari menyajikan kisah manis Jangwoo dan Janhwa. Keduanya bertemu saat kecil karena ayah mereka yang berteman baik. Namun, tahun berlalu, banyak sekali yang telah berubah. Jangwoo membenci hujan, Janhwa menjadi gadis yang tertutup. Bermula dari sebuah kedai ramyun milih Janhwa, akhirnya mereka bertemu kembali. Perlahan namun pasti, Jangwoo mulai masuk ke dalam kehidupan Janghwa. Di lain sisi, terdapat Park Woohyun yang menjadi oppa bagi Janhwa. Bagaimana kisah selanjutnya? Temukan di dalam novel manis ini. ^^
 
Pernahkah kalian membayangkan saat membaca sebuah buku, tokoh-tokohnya berada dalam imajinasi kalian itu keluar dan ceritanya menjadi serupa film imajiner yang sedang kita tonton?

Begitulah perasaanku ketika membaca novel ini. Serupa menonton drama korea dengan 16 episode. :p Terlebih lagi, penggambaran karakternya sengaja dimirip-miripkan dengan artis korea sehingga kita mendapatkan gambaran utuh tentang karakter tersebut.

Dari segi cerita, Hujanlah Lain Hari mengusung ide yang sebenarnya biasa: tentang dua anak kecil yang bertemu dan masing masing membawa luka masa lalu kemudian bertemu kembali di dalam suasana yang tak terduga. Tampak biasa, bukan? Akan tetapi, dengan ide yang biasa tersebut, narasi yang detil dan dialog yang nggak bertele-tele ditambah efek Korea diramu menjadi sesuatu bacaan yang sedap sekali. 

Karakternya berkembang (walaupun nggak terlalu signifikan menurutku) mengikuti jalan cerita yang ditampilkan. Akan tetapi, pendalaman karakternya menurutku agak kurang. Masa lalu Jangwoo yang sedemikian ribet itu hanya diwakili dengan rasa sakit kepala saat hujan datang. Menurutku, efek psikologis yang diterimanya harusnya sangat besar dan mempengaruhi kehidupannya sampai dewasa. Kalau hanya digambarkan sakit kepala, hmm, terasa sia-sia saja masa lalu yang udah keren itu. :p

Karakter dari Janhwa sendiri aku lihat juga nggak terlalu dalam. Ia dikisahkan memiliki adik dan terjadi sesuatu. Akan tetapi, aku nggak merasa kehilangan itu. Kegalauannya juga nggak terasa. Jadi kayak ada yang berjarak. Karakter yang menonjol dan nggak terduga menurutku malah Park Woohyun. Aku suka dengan karakter ini karena setiap tindakan yang dia lakukan ada alasannya tersendiri. ^^

Dengan tebal 300 halaman lebih, novel ini juga terasa begitu panjang. Aku merasa bagian adik Janhwa (meskipun ini salah satu alasan mendekatkan Janhwa dan Jangwoo) nggak terlalu memberikan efek yang besar di jalan ceritanya. Menurutku, ya. :p Satu lagi, dengan tagline kedai ramyun, aku sih membayangkan ceritanya akan berpusat di dalam kedai itu, cara membuatnya, pelayanan tokohnya. Tapi, setting itu nggak terlalu tergali.
 
Yang menambah nilai plus lagi, novel ini banyak pesan moral yang tersirat. Membacanya kayak kita diberi cerita yang nggak sia-sia. Kita bisa mendapat pelajaran hidup melalui cerita tokoh-tokohnya. Ending yang diberikan, walaupun tertebak, tapi tetap sangat manis. (psst ada teru-teru bozu terbalik!) :")

Secara keseluruhan, aku suka novel ini. Walaupun ada typo-nya tapi tetap jadi bacaan yang menarik. Suka drama korea? Novel ini bisa jadi pilihan yang sangat baik. 

3.5 of 5 stars. :D
 

[Review] Gerbang Trinil - Riawani Elyta & Syila Fatar


Penulis: Riawani Elyta & Syila Fatar
Penyunting: Dyah Utami
Penerbit: Moka Media
Cetakan: Pertama, 2014
Jumlah hal.: vi + 296 halaman
Blurb:
Ia datang untuk mengungkap masa lalu.
Areta bukanlah gadis biasa.
Ia terobsesi pada fosil manusia purba Pithecanthropus erectus hingga suatu hari ia menemukan bahwa manusia purba itu belum punah.
Hanya untuk menemukan....
Penyelidikan Areta membawanya ke Trinil, Jawa Timur. Ia berusaha mencari kebenaran dan mengungkapkan rahasia yang disimpan neneknya. Namun rasa ingin tahu justru membawanya pada petualangan yang paling berbahaya.
Bahwa mereka datang untuk menghancurkan masa depan.
Bangsa Pithe bukan hanya kembali ke bumi. Mereka datang dengan misi untuk menguasai bumi dan menciptakan generasi baru di bumi, meski untuk itu manusia harus tersingkir dan punah.
Areta tak punya pilihan lain kecuali berjuang mati-matian. Karena sekarang, ini bukan hanya tentang nyawanya.
Ini tentang masa depan planet bumi.
 
***
Pertama kali baca judul novel ini, Gerbang Trinil, yang ada di dalam pikiranku: "Apa itu Trinil?" Nama Trinil begitu Indonesia dan asing di telinga. Setelah browsing ternyata Trinil adalah nama sebuah situs paleoantropologi di Indonesia yang menjadi tempat ditemukannya manusia purba Pitchechantropus erectus oleh Eugene Dubois (pengetahuan baru!) Dan karena hal itulah aku tertarik untuk membacanya.

Secara garis besar, novel ini menceritakan tentang seorang gadis pecinta fosil bernama Areta yang berhadapan langsung dengan kaum Pitche yang ingin menghancurkan Bumi. Kisah dimulai saat Areta mengunjungi neneknya yang berada di Trinil untuk tugas sekolah. Meskipun ia ditentang orang tuanya, Areta tetap saja pergi. Namun, setelah berada di sana, ia bertemu dengan rahasia yang disimpan neneknya sendiri.

Merasa masih ada yang janggal, ia memutuskan untuk kembali ke Trinil beberapa hari kemudian. Suatu malam, ia melihat sang nenek bersama beberapa orang mengitari sebuah 'gerbang' yang terbuat dari gading gajah. Ada cahaya yang muncul dari atas dan munculah sosok Pitche yang membawa Areta pergi dan mengklaim bahwa Areta adalah ratunya.

Mulai dari sini, petualangan Areta membebaskan diri dan menyelamatkan Bumi dimulai. :D

Pertama-tama, aku sangat suka dengan sampul buku ini! TOP! Sangat futuristik dengan embel-embel 'novel sci-fic' di atasnya. Sangat mencerminkan isi bukunya. Ide yang diambil juga sangat menarik karena mencerminkan unsur lokalitas sejarah Indonesia dan fantasi tentang alien. Cara bercerita antar plotnya juga mulus dan menjadi enak untuk dibaca. Suasana deskripsinya juga jelas sehingga kita dapat membayangkan gimana 'dunia alien' dan 'teknologi masa depan' yang ia punya. Nggak ribet dan cukup oke. Masih bisa diterima akal. :p

Karakter dari Areta sendiri menurutku berkembang dengan baik. Dari gadis yang 'cuek' terhadap orang lain, setelah diculik alien jadi suka bersosialisasi. Areta juga nggak dikisahkan sebagai cewek manja, cengeng, dan gampang putus asa. Ia brilian, punya banyak rencana dan cenderung pemberani. Ini juga yang aku suka. ^^

Akhir cerita yang diberikan pun nggak terlalu klise malah nggak tertebak menurutku. Not a bad ending. oh ya, ada ilustrasi yang membuat novel ini semakin menarik.

Yang membuatku sedikit kecewa adalah pengkarakteran tokoh lainnya. Hmm.. Karena cerita berpusat pada Areta maka emang wajar sih karakter Areta yang menonjol. Akan tetapi, karakter yang aku kira bakalan penting seperti Harry Dubois nggak dikasih porsi yang cukup di novel ini. Padahal seru tuh kalo Harry Dubois juga ikut petualangan Areta karena dia (dan ayahnya) yang pertama kali memberi petunjuk atas keberadaan Pitche. 

Selain itu juga, novel ini memiliki banyak typo. Agak mengganggu sih. Tapi, ya nggak apa-apalah karena ceritanya menarik.
Untuk bacaan fantasi-lokal (mengutip kata penulisnya) maka ini adalah awal yang sangat baik. Eksekusi dari idenya oke dan gaya berceritanya sangat cocok bagi kaum remaja. Aku sih sangat suka dan antusias dengan buku dengan tema seperti ini yang ditulis oleh orang Indonesia. Pokoknya, suka. ^^

4/5 bintang. :p

[Review] Spora - Alkadri

Judul: Spora
Penulis: Ahmad Alkadri
Penerbit: Moka Media
Halaman: 238 halaman
Terbitan: Oktober 2014
Blurb :
Di suatu pagi, Alif menemukan sesosok mayat tergeletak di lapangan sekolahnya. Kepalanya pecah berkeping-keping. Sejak itulah, mimpi buruk Alif dimulai. Satu per satu orang di sekitar Alif jatuh menjadi korban, mati dalam kondisi mengenaskan tanpa diketahui penyebabnya. Polisi mulai melakukan penyelidikan dan mencurigai keterlibatan Alif. Bersamaan dengan itu, masa lalu Alif yang kelam datang untuk menghantuinya kembali.
Monster itu telah bangkit.
Dan ia takkan berhenti membunuh hingga manusia terakhir mati. 

*
Sebelumnya aku mau mengucapkan terima kasih terlebih dahulu untuk mbak Dyah Rinni dan tim MokaMedia untuk membiarkanku me-review novel Spora ini! ^^

Jadi, novel Spora ini tentang apa?

Kalau dari judulnya, Spora, pasti kebanyakan orang akan menebak bahwa ini ada hubungannya dengan jamur (karena jamur berkembang biak dengan cara menebarkan spora). Sebetulnya nggak salah. Novel ini menyajikan cerita jamur namun dengan kelas yang berbeda.

Cerita ini bermula ketika sang tokoh utama, Alif, yang menemukan seonggok mayat dengan kepala yang hancur berkeping-keping. Sejak saat itu, mayat demi mayat ia temukan dengan kondisi yang sama: kepalayang hancur berkeping-keping. Namun anehnya, selalu Alif yang menemukannya terlebih dahulu dan membuat polisi mulai curiga bahwa ia adalah pelakunya.

Jauh sebelum itu, sekelompok delegasi KIR sekolah baru pulang dari hutan tropis Brazil untuk menghadiri sebuah konferensi ilmiah. Nyatanya, ada beberapa orang dari mereka membawa sebuah jamur jahat. Jamur yang pelan-pelan menyebarkan teror satu sekolah.

So, bagaimana nasib Alif selanjutnya?

Sejujurnya, aku bukan penggemar bacaan horor. Aku lebih menikmati bacaan dengan genre thriller yang semua kejadian dapat dijelaskan dengan logika atau ilmiah. Tapi, hal yang membuatku tertarik membaca novel ini adalah sampul dan embel-embel KIR.  Sampulnya sangat menarik dan aku adalah anggota KIR. Jadi, penasaran bagaimana penulis mengolah ceritanya. :D

Secara garis besar, aku cukup menikmati alur cerita yang disajikan dalam novel ini. Idenya menarik tentang jamur yang membuat Anda menjadi zombie. Akan tetapi, awal-awal cerita terasa begitu lambat dan efek 'horor'-nya itu baru aku temukan di pertengahan cerita. Selain itu juga, idenya walau menarik tampak tidak tereksekusi dengan baik. Aku tahu bahwa jamur yang dipakai dalam novel ini adalah fiksi. Akan tetapi, fakta bahwa jamur itu dapat mengendalikan pikiran, mengetahui segala hal yang terjadi, bahkan memanipulasi mimpi... agak kurang bisa diterima logikaku. Mungkin akan lebih baik jika jamur tersebut dibuat hanya seperti monster beneran. Nggak manusiawi. Hobinya memangsa dengan memakan kepala korbannya? Aku rasa ini akan lebih mencekam.

Dan juga, dengan tebal hampir 240 halaman, aku menyayangkan karakter Alif tidak tergali dengan cukup baik. Padahal masa lalunya sangat menarik untuk ditelisik dan dijadikan pondasi cerita yang lebih kuat dibanding dengan apa yang telah tersaji. Alasan Alif 'susah' untuk terkontaminasi pun terkesan 'oh gitu saja?'. Jika ada penjelasan 'ilmiah' yang mampu dijelaskan penulis (walaupun fiksi) mengenai hubungan tersebut, aku yakin ceritanya akan lebih masuk akal dan menarik. Untuk itulah aku lebih suka karakter Alif dibuat jadi anggota KIR saja agar dapat dipandang dari kacamata yang logis dan ilmiah. :p

Akhir dari novel ini cukup baik. Walaupun nggak semuanya clear seperti motivasi oknum yang membawa jamur itu ke sekolah, akan tetapi cukup memberikan gambaran tentang teka-teki teror jamur tersebut di sekolah. Selain itu juga, pesan-pesan moral yang disamarkan dalam novel ini cukup mampu diterima dengan baik buatku.

Satu nilai plus dari novel ini adalah dongengnya. Jika itu adalah dongeng yang dibuat oleh penulis sendiri, aku sangat salut. Bagiku, nggak mudah menciptakan dongeng yang menarik. Akan tetapi, penulis berhasil membuatnya. Jikalau dongeng itu dibuat oleh orang lain, maka aku tetap salut dengan penulis karena mampu membuat cerita yang relevan dengan dongeng tersebut.

Secara keseluruhan, untuk label novel horor remaja, Spora merupakan novel yang cukup memuaskan. Meskipun ada beberapa bagian yang kurang, akan tetapi, Spora mampu menjadi bacaan yang menarik dan membuatku tak bisa berhenti membaca sampai lembar terakhir. Untuk itulah, aku menantikan buku Alkadri selanjutnya! ^^

P.S Buat Spora 2 gitu... :p

3/5 Bintang. :D