[review] Touche Alchemist - Windhy Puspitadewi


 
Judul            : Touche 2    : Alchemist
Penulis         : Windhy Puspitadewi (@windhy_khaze)
Penerbit       :  Gramedia Pustaka Utama
Edisi             :  Soft Cover
ISBN             :  6020303357
ISBN-13        : 9786020303352
Tgl Penerbitan : 2014-03-24
 
Blurb             :
Hiro Morrison, anak genius keturunan Jepang-Amerika, tak sengaja berkenalan dengan Detektif Samuel Hudson dari Kepolisian New York dan putrinya, Karen, saat terjadi suatu kasus pembunuhan. Hiro yang memiliki kemampuan membaca identitas kimia dari benda apa pun yang disentuhnya akhirnya dikontrak untuk menjadi konsultan bagi Kepolisian New York.

Suatu ketika pengeboman berantai terjadi dan kemampuan Hiro dibutuhkan lebih dari sebelumnya. Pada saat yang sama, muncul seseorang yang tampaknya mengetahui kemampuannya. Kasus pengeboman dan perkenalannya dengan orang itu mengubah semuanya, hingga kehidupan Hiro menjadi tidak sama lagi.
 ***

Pertama kali dikenalin sama Touche oleh David Ng. Tapi, kalau penulisnya, aku udah ngefans mulai dari Let Go, Morning Light, dan Seandainya. Dari awal, aku selalu suka gaya penulisan Kak Windhy, tema-temanya, dan gimana cara dia buat bacaan itu gak sekadar bacaan. Dan saat David menawarkan buku Touche, aku gak pikir dua kali buat beli.

Dan ternyata, dugaanku salah. Touche nggak keren. Tapi, KEREN BANGET! Karena udah baca yang pertama, pas tahu kalau kak Windhy buat Touche 2, udah gak mikir lagi untuk memasukkannya ke dalam list budget beli buku.

Touche 2 : Alchemist bercerita tentang Hiro, seorang Touche yang memiliki kemampuan untuk mengetahui komposisi kimia dari benda yang ia sentuh. Ia ditawari menjadi konsultan polisi New York. Dari sanalah, semua kejadian mulai muncul.

Membaca Touche 2 ini serasa menonton serial detektif Jepang. Mungkin karena kak Windhy juga sering nonton itu, kali, ya. (Sok tahu!) :p Tapi, tetep keren. Tetep penuh dengan pengetahuan. Tetep jadi favorit. 

Aku suka cara kak Windhy meramu ceritanya. Rapi sekali. :") Terus, peta di halaman pertamanya yang membantu banget. Interaksi tokoh-tokohnya juga greget dengan sindiran-sindiran yang gak hilang dari Touche pertama. Suka!

Untuk ceritanya sendiri, dari awalnya, aku udah tahu siapa yang bakal jadi pelakunya, karena informasinya menurutku sudah cukup banyak diberikan di sepanjang bab.  (atau cuma aku yang tahu karena keseringan nonton dorama? :p) Walaupun udah tahu, aku tetap gak berhenti baca. Karena memang jalan ceritanya yang kusuka. :D

Yang gak kusuka cuma ada beberapa typo yang walaupun gak ganggu tapi yaa terasa sayang aja. Hehe. Apalagi langsung di halaman pertama. :p Selebihnya, nagih Touche 3 aja. :p

Ini bukan review jadinya, ya. --" Semacam curhat karena dapat bacaan yang menarik. Hahaha. Tak apalah yang penting aku suka. ^^

5/5 stars

--------------------------------------------------------------------

Special thanks buat kakak-kakak Gramedia Palembang Square. Karena buku ini belum dipajang di rak, jadi diambilin langsung dari Gudang. :")


That Kind of Person

Apakah kamu orang yang seperti itu?

Yang asal saja datang lalu pergi tanpa permisi.

Yang tiba-tiba mengucapkan apa kabar lalu menghilang tanpa jejak.

Yang membuat setitik harapan lalu dengan cepat memusnahkannya.

Apa kamu orang yang seperti itu?

***

Satu waktu, bulan sudah memanjat pohon langit, berada di puncak bumi. Tidak ada apa-apa. Tidak ada pertanda apa-apa. Yang kutahu, ada satu badai yang datang. Jauh lebih hebat dari perkiraanku. Jauh lebih besar dari semua badai yang pernah ada di benakku.

Satu pesan. Tiga kata. Hai, apa kabar?

Menerima pesan itu ibarat berada di pinggir jurang. Di sisi depan, ada segerombolan serigala lapar. Di belakang, ada sebuah jurang yang entah berdasar. Kedua-duanya mati. Tapi kita tetap diharuskan untuk memilih.
Entah sudah berapa lama, entah juga sudah berapa tahun. Serigala-serigala itu tetap lapar akan makanan bernama sapaan. Mereka kelaparan. Mereka menginginkan itu. Mereka rindu. Tapi, entah mengapa kau tidak datang. Entah kenapa kau hilang. Entah kenapa kau seperti ditelan monster lalu dimakan dan kemudian di bawanya entah ke dunia apa. Kau tidak lagi jadi duniaku. Kau tidak lagi jadi 'aku'. 

Sejak itu dunia berubah. Aku berusaha bertahan dengan rasa kelaparan seperti serigala tadi. Aku baik-baik saja. Setidaknya begitu yang aku pikir. Aku baik-baik saja. Setidaknya itu yang selalu aku yakini.

Lalu pesanmu datang. Menjebakku dan menyudutkanku ke pinggir jurang. Serigala-serigala itu melolong panjang, menemui makanan yang selama ini mereka rindukan.

Aku takut di jurang itu, aku kembali tenggelam. Jurang itulah yang selama ini membuatku seperti orang gila. Jurang yang sekali melenakan, membuat bebas, namun pada akhirnya sakit yang kembali mendera. Parah. Dan aku kembali serigala yang memilukan.

***

Apa kamu orangnya memang seperti itu?

Tidak bisakah kamu tetap tinggal?

Tidak bisakah kamu ada?