Sugeng
rawuh ing ngayogyakarta! –selamat datang di Yogyakarta!
Bisa dibilang,
Yogyakarta adalah kota dengan pesona yang nggak ada habisnya—setidaknya bagiku.
Provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Jawa ini selalu bisa bikin aku
buat balik lagi ke sini. Menurutku, Yogyakarta memberikan pengalaman lengkap
sebagai daerah wisata. Ada hamparan gunung yang menjulang, pantai yang
membentang, hingga kisah-kisah tua yang terulang lewat sudut-sudutnya.
Menjelajahi Yogyakarta
pun tidak pernah bikin bosan. Termasuk budaya-budaya yang ada hingga
makanan-makanan yang murah tersedia. Bagiku liburan ke Yogyakarta adalah proses
dari pemulihan diri sendiri. Setelah melewati kegiatan sehari-hari yang penat
dan kadang bikin lelah, aku sebisa mungkin menyempatkan untuk berlibur apalagi
ke daerah ini. faktor ‘kampung halaman’ membuatku merasa Yogyakarta sudah
menjadi rumah kedua bagiku. Dan aku merasa nyaman berada di sini.
Nah, November kemarin
aku berkesempatan untuk mengunjungi kembali Yogyakarta. Tentu aku sudah
antusias duluan. Beragam jadwal kususun sedemikian rupa. Dan puncaknya kemarin,
aku melakukan banyak sekali aktivitas yang seru banget ketika aku main-main ke
kota budaya satu ini!
Temple
Hopping
Salah satu kegiatan
seru yang aku lakukan saat berkunjung ke Yogyakarta adalah mengunjungi
candi-candinya. Ya, Yogyakarta amat kental dengan nuansa sejarahnya. Sebagai
daerah istimewa, Yogyakarta memiliki perpaduan budaya yang menarik untuk dikulik.
Apalagi lewat bangunan-bangunan nan megah yang tersebar hampir di seluruh
wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Terus, candi apa saja yang kukunjungi?
Pertama tentu Candi
Borobudur. Meski letaknya tak persis di Yogyakarta karena berada di kawasan
Magelang, Jawa Tengah, namun keberadaan candi ini tak terlepas dari nama
Yogyakarta. Rasanya amat sayang jika ke Yogyakarta tanpa berkunjung ke salah
satu dari tujuh keajaiban dunia ini. Candi Borobudur merupakan candi Buddha
terbesar yang ada di dunia. Dengan lebih dari 1.400 relief, Candi Borobudur selalu jadi magnet tersendiri bagiku. Tiap kali ke
Yogyakarta, kunjungan ke Candi Borobudur tak pernah kulewatkan. Aku merasa
setiap kali ke sini, banyak cerita yang lain yang kudapat.
Kedua tak lain dan tak
bukan adalah Candi Prambanan. Berbeda dengan Candi Borobudur Candi Prambanan
adalah candi hindu terbesar yang ada di dunia. Ya dalam satu wilayah yang sama,
penyebaran agama hindu dan buddha amat terasa di sini. Candi Prambanan terletak
di Jalan Raya Yogya-Solo KM. 16 dan merupakan candi yang memiliki kisah menarik
yaitu Roro Jonggrang. Candi ini pun ditetapkan sebagai warisan budaya bangsa
oleh UNESCO loh!
Nama Candi Sari
mungkin asing di telinga kalian. Aku pun demikian. Namun di wilayah sekitar
Candi Prambanan Candi ini berdiri megah. Alkisah, candi ini merupakan sebuah
perpustakaan yang digunakan oleh para biksu untuk belajar. Dengan desain dua
tingkat diyakini Candi Sari merupakan arsitektur candi paling maju yang ada
pada zamannya dan bermeditasi. Kalau ingin mengunjungi Candi Prambanan jangan
lewatkan candi ini!
Candi Plaosan pun
masuk dalam daftar kunjunganku. Candi ini dipercaya dibangun oleh raja dari
Mataram Kuno sebagai hadiah untuk permaisurinya. Berbeda dengan kedua candi
yang lain Candi Plaosan memiliki arsitektur unik karena perpaduan budaya hindu
dan buddha. Hal ini sebagai simbol cinta yang merekatkan semua perbedaan. Tak
jauh dari situ ada candi perwara Plaosan yang dipercayai sebagai tempat
menginap raja-raja saat pesta pernikahan. Keren kan?
Menelusuri
Jejak Lava
Bencana alam gunung
meletus pada tahun 2010 memberikan banyak sekali pengalaman bagi Yogyakarta.
Saat itu, Gunung Merapi tak segan memperbaiki diri dengan memuntahkan segala
material yang ada di tubuhnya ke luar. Bencana ini menimbulkan luka yang amat
dalam bagi warga Yogyakarta. Keganasan itulah yang membuatku ingin sekali
melihat kembali jejak-jejak lava dan mempelajari bagaimana efeknya bagi
masyarakat Yogyakarta.
Untuk itulah,
aktivitas yang aku pilih adalah Lava Merapi Tour. Aku ingin sekali merasakan
liburan yang berbeda, apalagi saat bencana letusan beberapa tahun silam, aku
ingat betul kakek dan nenekku terjebak di bencana ini. Menariknya, untuk
menelusuri jejak lava ini, kita dapat menggunakan mobil Jeep! Seru bukan? Di
daerah Kaliurang, banyak sekali operator perjalanan yang bisa dipilih. Dengan
harga mulai dari Rp 250.000 kita bisa menikmati beragam tempat untuk mengenang
kembali jejak lava Merapi. Dan aku pun turut serta!
Tempat pertama yang
aku kunjungi saat menjalani tur adalah Museum Mini. Di sini ditampilkan
peninggalan-peninggalan barang-barang masyarakat yang tersisa akibat terkena
luapan Merapi. Aku melihat banyak peralatan makan hingga televisi yang meleleh,
hewan-hewan yang tersisa hingga tulangnya saja, sampai motor-motor yang hancur
berantakkan. Hal ini membuatku sadar bahwa saat erupsi melanda, semua tak
tersisa apa-apa.
Selanjutnya, aku
dibawa mengunjungi Batu Alien—sebuah batu besar yang terdampar di pinggir
jurang. Dinamakan Batu Alien sebab bila diperhatikan dengan saksama, batu ini
memiliki bentuk yang mirip wajah manusia. Ada mata, hidung, hingga mulut. Batu sebesar
ini dipercaya terbawa dengan material gunung lain dan tertabrak kelokan sungai
hingga akhirnya terdampar di tempat ini. aku pun merinding ngeri membayangkan
dahsyatnya aliran material-material tersebut.
Tempat terakhir dari
perjalanan ini adalah Bunker Kaliadem. Di sini terdapat tempat perlindungan
bagi masyarakat bila ada awan panas yang keluar. Letaknya kurang lebih 7 km
dari puncak Merapi. Namun sayang, ketika erupsi dahulu, yang datang bukan hanya
awan panas melainkan lahar dingin. Dua orang terjebak di sini dan meninggal. Dan
sampai sekarang Bunker Kaliadem menjadi penanda jejak lava sekaligus titik
paling dekat menuju puncak.
Perjalanan menelusuri
lava Merapi bisa dibilang memberikan pandangan baru bagiku untuk melihat hidup.
Tinggal di Palembang yang tak ada gunung, aku kadang mengeluh. Namun, melihat
semua ini aku jadi banyak bersyukur. Dan inilah gunanya liburan, bukan? Membuat
kita banyak melihat dan mendengar sekaligus mengambil pelajaran atas semua
kejadian.
Cobain
Makanan Khas
Bagiku, liburan ke
daerah lain tanpa cobain makanannya adalah sebuah penghinaan. Meski pada
kenyataannya nggak semua makanan bisa kucoba, namun sedikit-sedikit memasukkan
makanan khas daerah ke dalam list
yang harus dicoba adalah kewajiban dalam liburan. Jadilh, dengan waktu berlibur
terbatas kemarin, aku berhasil mencicipi dua makanan khas Yogyakarta.
Bakmi Jawa Pak Pele
adalah kuliner paling wajib ketika main-main ke tengah kota. Letaknya berada di
alun-alun utara kota Yogyakarta. Waktu paling tepat ke sini adalah sore
menjelang maghrib. Menikmati alun-alun ditemani semburat oranye langit senja
jadi kombinasi yang apik. Ditambah rasa bakmi ini amat beda dengan bakmi jawa
yang biasa kusantap di Palembang. Emang harus ke daerah asalnya, ya! Mi yang
kenyal dengan potongan ayam yang nggak pelit bikin pengin nambah lagi. Rasa gurih
yang pas dan sedikit manis di lidah selalu buat ketagihan. Bakmi Jawa Pak Pele
ini buka setiap hari, loh. Dan kalau malam siap-siap antre hingga dua jam!
Satu hal lagi yang
harus dicicipin adalah makan pecel di depan Pasar Beringharjo! Ketika
capek-capek abis belanja dan jalan-jalan di Malioboro, untuk isi tenaga bisa
makan pecel dengan harga yang murah meriah! Yang pasti tetap enak loh. Banyak
tambahan yang bisa dipilih mulai dari mi hingga ayam bacem. Bebas. Aku pun cobain
dan sama sekali nggak menyesal. Enak banget! Apalagi aku bisa berinteraksi
langsung dengan para penjual dan kadang saling bertukar cerita. TOP!
Perkara tempat
menginap memang hal yang sedikit tricky.
Bisa dibilang bagi budget traveler sepertiku, menginap di
hotel-hotel berbintang pasti nggak masuk hitungan. Namun, aku sama sekali nggak
khawatir. Di kota-kota besar di Indonesia, #PastiAdaOYO. OYO Hotels Indonesia adalah layanan pemesanan tempat
menginap daring yang memungkinkan kita mendapat tempat menginap di kota tujuan
dengan harga dan kualitas yang terbaik.
Nah sewaktu di
Yogyakarta kemarin, aku pun memilih OYO sebagai tempatku menginap. Rumah Eyang
adalah salah satu hotel di Yogyakarta yang
menarik buatku. Aku menemukan Rumah Eyang ketika sedang mencari hotel yang
murah namun berada di tempat strategis yang ada di Yogyakarta. Dari gambar yang
tertera di aplikasinya, Rumah Eyang memiliki tampilan bak galeri yang hommy dan nyaman. Ini adalah salah satu
alasanku memilih karena ingin mencoba menginap di tempat-tempat yang unik.
Untuk memesan OYO
Hotels Indonesia Rumah Eyang ini pun mudah banget loh. Kita tinggal mencari
properti di aplikasi OYO sesuai wilayah, daerah, periode inap, bahkan jumlah
tamu. Terus akan terlihat daftar hotel yang sesuai dengan keinginan. Setelah
itu, tinggal pilih dan masukkan data diri. Jangan lupa kode promo biar makin
murah. Sehabis itu bisa langsung bayar atau memilih opsi bayar di hotel. Mudah bukan?
Yang aku paling suka juga kadang menjelang menginap, kita akan dihubungi via whatsapp atau telepon untuk mengonfirmasi
kehadiran. Ada pula OYO Assistant yang siap membantu!
Nah OYO Rumah Eyang yang
kupesan kemarin terletak di Jalan Parangtritis, Gang Sartani 823A, Mantrijeron
Yogyakarta. Lokasinya dekat dengan
Alun-Alun selatan. Pertama kali masuk ke dalam OYO Hotels ini aku dibuat
terkesima. Sama seperti gambar, OYO 287 Rumah Eyang ini terdiri atas satu
bangunan rumah yang tampak otentik dengan ornamen kayu yang klasik. Parkirannya
pun cukup luas mungkin muat hingga tiga mobil. Beranjak ke daerah teras, aku
sudah disambut dengan resepsionis yang sigap mencatat pemesananku. Di belakang
bilik resepsionis ini, dapur dengan segala macam alat makan, dispenser, hingga kompor
tersedia dan bebas digunakan oleh para tamu.
Aku pun diberi kamar
belakang berbeda dengan rumah utama yang penuh. Dan sepanjang perjalanan ke
belakang, aku makin terkagum. Gila, nuansa klasik makin terasa lengkap dengan
tanaman-tanaman dan gambar-gambar yang segar dipandang. Memasuki daerah
belakang pun, ada halaman cukup luas dengan meja-meja yang dapat dipakai untuk
bersantai. Dan, ketika petugasnya membawaku ke kamarku, aku ternganga. Ada teras
yang bisa kugunakan untuk bersantai! Wah ini sih keren banget!
Kamar yang kupunya pun
dalam taraf yang memuaskan. Meski tak terlalu besar, namun kesan nyaman amat
terasa ketika aku memasukinya. Ada satu tempat tidur ukuran queen lengkap dengan bed cover yang bersih. Bantal pun
terlihat rapi. Perlengkapan mandi
seperti sikat gigi, sabun, dan sampo tersedia bersama dengan dua botol air
mineral. Fasilitas pendukung lain seperti pendingin dan televisi pun hadir. Di
kamar mandi pun semua terlihat bersih. Dan yang paling aku suka... ada air
panas untuk mandi! Jarang bukan hotel dengan harga terjangkau ada fasilitas
seperti ini?
Kalau malam, suasana pun nggak kalah cantik. Lampu yang temaram semakin membuat kesan romantis. Pagi pun enak sekali buat sekadar baca buku di teras depan. Pengalaman menginap di
OYO 287 Rumah Eyang di Yogyakarta adalah salah satu pengalaman yang
menyenangkan ketika aku liburan.
OYO Hotels Indonesia
terkenal dengan beragam promo yang mereka kasih bagi para pelanggannya. Mulai
dari OYO Harta Karun yang memungkinkan kita menginap dengan harga kurang dari
Rp 20.000 hingga OYO Kamar Baru yang bikin kita menginap dengan harga kurang
dari Rp 100.000! Murah bukan? Nah, sekarang pun begitu. Bila aku mendapat promo
voucher 70% dari OYO Hotels Indonesia, pastinya aku akan kembali mengunjungi
Yogyakarta. Banyak sekali tempat-tempat yang belum aku jelajahi. Pun dengan
aktivitas seru yang pengin banget aku lakukan.
Sunrise
di Puthuk Setumbu
Orang bilang melihat
matahari di Puthuk Setumbu adalah pengalaman yang magis. Saat ke Yogyakarta,
karena waktu yang tidak memungkinkan, aku sama sekali belum memiliki kesempatan
untuk ke sini. Padahal, bila melihat pengalaman dan gambar-gambar di lini masa,
sunrise di Puthuk Setumbu adalah one of a kind. Ketika langit yang gelap
perlahan bersinar pelan-pelan dan matahari malu-malu muncul di balik awan, itu
adalah pengalaman yang ingin sekali kucoba. Apalagi dengan kopi hangat di
tangan, bersama teman-teman sembari berbincang banyak hal... sempurna!
Temple
Hopping (Again)
Sebut aku maniak tapi
aku benar-benar menyukai arsitektur candi. Dan bisa dibilang Yogyakarta adalah
surga bagi para maniak sepertiku. Banyak sekali candi-candi yang ingin
kujelajahi. Contohnya Candi Mendut dan Candi Ratu Boko. Aku ingin tahu
cerita-cerita yang ada di candi itu lewat reliefnya karena aku percaya setiap
kisah yang ada berbeda dan memiliki makna. Sunset di candi pun jadi pilihan
yang menarik dan patut dicoba.
Belajar
Batik di Kampung Batik
Tahu nggak kalau
bentuk batik Yogyakarta berbeda dengan batik di daerah lainnya? Batik
Yogyakarta memiliki motif yang lebih membesar karena dipengaruhi kesultanan
Mataram. Meski hampir mirip dengan batik Solo, namun keduanya tidak dapat
dibandingkan. Dari dulu, aku selalu ingin belajar membatik. Saat di Museum
Tekstil Jakarta, aku memiliki kesempatan untuk membatik. Dan di sana
instrukturku menyarankan untuk ke surganya batik yaitu Yogyakarta. Aktivitas
ini sangat ingin aku lakukan bila dapat kesempatan untuk berkunjung kembali.
Menelusuri
Jejak Keraton Yogyakarta
Yap, meski sudah
beberapa kali ke Yogyakarta, aku sama sekali belum pernah menelusuri jejak
sejarah Keraton Yogyakarta. Pun dengan museum yang ada di sekitarnya. Aku jadi
merasa amat berdosa sebab seharusnya ini yang aku prioritaskan. Hahaha. Namun
bila ke sini lagi, akan aku pastikan untuk mengunjungi semua hal tentang Keraton
Yogyakarta!
Itulah pengalaman
liburanku saat ke Yogyakarta bulan lalu dan apa yang akan aku lakukan jika
diberi kesempatan untuk kembali ke sini. Tentunya, saat liburan aku sama sekali
nggak khawatir tentang tempat menginap. #PastiAdaOYO di kota-kota untuk
liburan. Apalagi dengan kualitasnya yang terjamin, pasti bikin selalu ingin
balik lagi. Kalau kalian?
Cheers!