Pernah nggak sih kalian berada pada posisi yang membingungkan? Maksudku ketika kalian menghendaki sesuatu akan tetapi lingkungan sama aekali tidak mendukung. Yang kalian lakukan hanya diam, tertunduk lesu, kemudian semua itu berlalu. Padahal, selama prosesnya itu, kalian melewatkan banyak sekali sesuatu hal yang mungkin jadi salah satu keinginan kalian. Passion kalian.
Nah kalau kalian menjawab ya, berarti kita sama.
Menjadi seorang anak laki-laki pertama di lingkungan yang konservatif kadang bikin aku jengah. Bukan, bukannya tidak bersyukur. Akan tetapi kadang lingkungan sudah men-judge-ku jadi 'kehormatan keluarga'. Hal ini berdampak pada kehidupanku selama ini. Dari TK hingga masuk ke perguruan tinggi, aku sama sekali tidak pernah diberi kebebasan untuk memilih. Ya, semua disetir orang tua. Meski aku tahu itu demi kehidupanku sendiri, namun aku tetap ingin jadi lebih.
Puncaknya, aku sama sekali nggak memiliki mimpi. Jika orang-orang tanya, mau jadi apa kamu nanti, aku akan mencoba berpikir. Semakin lama, pikiran itu jadi semakin putih, tak ada apa-apa. Ujung-ujungnya aku memberikan jawaban klasik: 'berguna bagi bangsa dan negara'. Terdengar konyol memang, tapi itu adalah satu-satunya yang dapat aku lontarkan.
Ketika pada pertengahan kuliah aku stress ditumpuk tugas yang sama sekali nggak aku mengerti, aku memutuskan sesuatu hal yang besar di hidupku: pergi ke luar negeri. Ya, orang-orang mengenalku sebagai 'kaum rebahan tingkan akut' karena jarang sekali keluar rumah. Aku lebih senang nonton atau baca buku di kamar. Namun, ketika aku memutuskan saty langkah berani ini, semuanya terkejut. Satu kalimat rata-rata terlontar dari mereka.
"Apakah kau yakin?"
Sejujurnya, pada saat itu, aku ingin sekali bilang bahwa aku yakin. Seratus persen yakin. Akan tetapi, aku tidak bisa berbohong. Keputusan yang aku bikin sendiri itu membuatku jauh dari kata 'baik-baik saja'. Aku panik. Sepanjang hidupku, ini adalah kali pertama aku panik seperti ini. Hari-hari menjelang hari keberangkatan, aku susah tidur. Berbagai pikiran bergelayut. Pengandaian 'bagaimana jika' di luar neheri memberikan momok tersendiri. Dan inti dari semua ini hanya satu: aku takut. Ya, aku takut kalau nantinya, semua jadi buruk.
#SatuLangkahJadiBerani
Ketika hari-H tiba, nggak terbayang rasanya di dada. Campuran gugup, deg-degan, takut, cemas jadi satu. Keringatku mengucur deras. Skenario demi skenario jahat bermunculan. Bagaimana kalau tersasar? Bagaimana kalau dicopet? Bagaimana kalau hotelnya gak terpesan? Meski aku sudah membuat persiapan yang matang, akan tetapi tetap saja aku merasa takut terhadap masa depan.
Tapi, pada akhirnya, selama tiga hari di Singapura, ketakutan itu sama sekali nggak terbukti. Memang, nggak semuanya berjalan mulus seperti yang aku harapkan. Ada beberapa hal yang nggak sesuai rencana. But overall, it's been an amazing journey.
Orang bilang perjalanan adalah proses kita menemukan diri sendiri. Dan kini aku paham mengapa demikian. Lewat perjalanan ini, aku akhirnya tahu bahwa ada batasan-batasan yang selama ini aku buat sendiri. Entah karena lingkungan atau tekanan orang lain. Padahal seharusnya kita sebagai manusia memiliki kehendak dan keinginan sendiri, bukan?
Selama perjalanan pula, banyak momen seperti 'ternyata aku begini' atau 'ternyata aku bisa begini' hingga 'ternyata aku suka yang seperti ini' terasa. Sesuatu yang selama ini aku tidak pernah pikirkan sendiri. Perjalanan memberikanku banyak pelajaran untuk mengenal diriku sendiri.
Dan perjalanan itu akhirnya membuatku #JadiBerani untuk mulai memikirkan apa yang aku ingin lakukan. Bukan apa yang mereka inginkan.
#TerusLakukanLebih
Satu langkah berani tersebut yang pada akhirnya membuka cakrawalaku sehingga aku melakukan perjalanan demi perjalanan selanjutnya. Aku selalu berusaha untuk #TerusLakukanLebih. Karena bagiku sendiri, berkaca pada hal-hal sebelum ini, aku selalu membatasi diri. Dengan melakukan lebih banyak, mencoba hal-hal baru, bertemu orang-orang dan lingkup yang luas, datang ke tempat-tempat yang sama sekali asing, kita dapat menjadikan diri kita sesuatu yang kaya.
Pun aku. Sehabis melakukan perjalanan, aku pun mencoba belajar fotografi, ikut ke dalam komunitas menulis, hingga menghadiri event-event yang membuatku semakin kaya akan pengetahuan sekitar. Banyak sekali isu-isu penting yang dulu terlewat dan kini membuatku jadi peka. Banyak sekali waktu-waktu yang dulu terbuang dan kini aku manfaatkan sebaik-baiknya. Dan banyak sekali kegiatan yang dulu kukerjakan hanya di rumah, kini dapat bersama-sama dengan teman-teman.
Ternyata, satu langkah yang membuatku #JadiBerani kemarin adalah lompatan besar yang mengubahku sekarang. Aku melakukan apa yang aku suka. Dan sekarang pun orang tua mendukung apapun yang aku lakukan. Selama ini aku terlalu takut untuk berbicara, kini sudah berani mengemukakan pendapat. Hal yang sederhana dulu kulakukan malah berdampak besar.
Dan saat ini, jika ditanya apakah aku menyesal, aku sama sekali akan bilang tidak. Saat ini, aku #JadiBerani menghadapi masa depan. Segala keragu-raguan yang ada nantinya membuatku sadar bahwa hidup yang berani adalah hidup yang sesuai dengan apa yang kau inginkan dan apa yang kau sukai. Bukan terlihat dari pendapat dan tekanan orang lain.
#BeraniDenganKreditPintar
Orang-orang berpikir bagaimana aku dapat menjalani hidupku sendiri. Memang, selama ini aku bukan jadi pekerja kantoran sehingga terlihat seperti pengangguran. Dan ketika pergi-pergi pun kayaknya hanya ‘buang-buang uang’. Akan tetapi, yang nggak banyak orang tahu, pekerjaanku sebagai Freelance Content Creator ini membuatku bekerja berpindah-pindah. Untuk pergi ke mana-mana pun, kebanyakan untuk mencari berita. Meeting-meeting kulakukan bukan di ruang-ruang rapat melainkan kedai-kedai kopi pilihan.
Jadi, dari mana uangnya?
Sebenarnya pekerjaan seperti ini pun terbuka untuk mendapatkan penghasilan yang cukup. Banyak sumber-sumber penghasilan lain yang dapat aku peroleh. Dan yang paling penting sih mengatur pengeluaran. Ya, sebagai orang yang hobi melakukan perjalanan, maka pengeluaran jadi hal yang amat kruisial. Nggak mau kan tiba-tiba kehabisan uang di negeri orang? Belum lagi jika ada sesuatu hal yang mendesak, otomatis bikin pusing kepala.
Selama ini, gajianku berbeda waktunya dengan orang kebanyakan. Untuk itulah aku selalu mencoba ada pegangan khusus untuk hal-hal yang memang berada di luar kepala. Salah satunya tentu Kredit Pintar.
Itu pinjaman online, kan?
Yap. Benar sekali. Mungkin banyak yang bilang kalau pinjaman daring merupakan sesuatu yang berbahaya. Betul sekali. Aku setuju. Tapi, yang ingin aku tekankan, pinjaman online seperti apa dulu? Maksudku, kita bisa lihat, banyak sekali aplikasi pinjaman online yang ada di playstore. Kita bebas pilih. Namun, yang harus kalian ingat, nggak semuanya berlisensi!
Aku selalu menekankan bahwa pinjaman jenis apapun seharusnya memiliki izin dari OJK. Hal ini adalah kunci utama sebab OJK yang bertugas untuk mengawasi segala bentuk pinjaman yang ada di Indonesia. Kredit Pintar sendiri sudah mengantongi izin dari OJK dengan Surat Nomor Keputusan Izin Usaha KEP -83/D.05/2019 tanggal 30 September 2019. Hal ini berarti penyelenggaraan kredit pintar resmi diawasi oleh OJK. Mantul, kan?
Hal inilah yang menjadikan Kredit Pintar sebagai dana darurat buatku. Selain karena memang sudah berizin, cara mengajukan pinjamannya pun mudah bukan main. Sebelum itu, kita pastiin syarat-syarat sebagai peminjam. Tentunya kita harus warga negara Indonesia (WNI), tinggal di Indonesia, serta memiliki batas usia minimal 21 tahun. Nggak mau kan kalau peminjaman ditolak? Liat syarat di atas! Camkan.
Selanjutnya tentu proses pengajuannya yang mudah. Langkah-langkahnya itu:
- Unduh aplikasi Kredit Pintar di App Store
- Masukkan nomor HP untuk Log In.
- Di halaman depan, kalian dapat langsung mengajukan pinjaman.
- Masukkan data yang diperlukan misalnya foto KTP, foto selfie dengan KTP, informasi dasar, informasi kontak, informasi pekerjaan, hingga informasi tambahan lain seperti bank dan nomor rekening. Semua ini diperlukan sebagai jaminan untuk peminjaman yang dilakukan.
- Ajukan jumlah pinjaman yang diinginkan.
- Tunggu proses verifikasi. Dan kurang dari 24 jam, dana akan langsung cair.
Gimana? Mudah dan cepat bukan? Dengan bunga yang kecil sekitar 0.5 – 1% perhari dan tenor yang beragam, Kredit Pintar cocok banget bagiku yang ingin mewujudkan mimpi. Proses pembayarannya pun mudah. Bisa melalui transfer hingga ke minimarket pilihan. Pokoknya praktis banget. Dan keamanan pun terjamin sebab aku yakin OJK telah mengawasi betul-betul perusahaan ini. Dan yang paling penting, ada customer service yang sedia 24 jam penuh jika kita menemukan kendala. Keren bukan?
Menurutku menjadi berani adalah langkah awal kita mewujudkan mimpi. Ketika aku pertama kali ke luar negeri, aku sama sekali tidak tahu ke mana masa depan membawaku. Dan saat ini, satu langkah berani itulah yang membuatku menjalani hidup dengan apa yang kusuka seperti saat ini. Dan selama perjalanan itu, Kredit Pintar selalu menemani.
Jadi, apa kalian siap untuk jadi berani?
Cheers!