Cinta (Sampai) Mati

Ini posting lama tapi kayaknya cocok buat ikutan #cerpenpeterpan Hehe. Enjoy!


Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
tuk hapuskan semua sepi di hati

***

Ada banyak alasan sibuk bagiku untuk tidak mengaktifkan ponsel malam ini. Entahlah, rasanya malam ini aku hanya ingin sendiri. Sendiri dari hiruk pikuk kota yang ketika malam pun tidak akan pernah mati. Aku memilih untuk menepi ke tempat dimana aku dapatkan damai, tenang, dan tidak diganggu siapapun. 

Tapi ternyata aku salah.

Nyatanya aku masih terus saja terganggu olehmu. Kemanapun aku menjauh, nyatanya bayangmu selalu saja berdiri di situ. Di tempat yang sama. Di dalam saraf-saraf otakku. Aku sampai bertanya-tanya, terbuat dari apakah kamu sehingga aku tidak mampu menepikan segalanya tentangmu? Makhluk Tuhan seperti apakah kamu sehingga aku tidak ingin kamu hilang, bahkan barang sedetik saja lenyap dari pikiranku?

Entahlah, aku tidak tahu.
Dan aku tidak berusaha untuk tahu.

Aku mengambil tempat, berdiri di dalam tepian jendela. Aku menongak ke atas langit yang berwarna abu-abu kemerahan. Tidak sengaja, aku melihat sesuatu yang terang di balik hitamnya langit malam ini. Bulan purnama. Dan aku lihat wajahmu di bulan itu.

Dalam aku melihat bulan itu. Tidak terasa, perlahan demi perlahan, sudut mataku berair. Sial, gerutuku. Mengapa semua yang aku lihat di sini selalu mengingatkanku tentang dirimu? Harus seberapa besar lagi aku meletakkanmu di tempat itu, tempat bernama masa lalu? Mengapa kamu selalu mencoba untuk kembali?

Aku memang menginginkanmu kembali, sangat ingin.
Jika itu mungkin.
Tapi aku tidak ingin kamu kembali dengan bentuk yang seperti ini. Bayang-bayang. Samar.

Air mataku semakin deras mengucur. Aku terduduk lemah di bawah tepian jendela kamar tingkat 13, tempatku menginap sekarang. Aku rasakan remuk. Dadaku sesak. Leherku tercekik oleh kenangan-kenangan yang kembali berputar di otakku.

***
Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka, saat kita tertawa

***

Aku melihatmu datang ke tempat dudukku. Membawakanku sekuntum mawar merah yang segar, bunga kesukaanku. Kamu duduk di hadapanku. Malam ini, malam milik kita. Kita bersantap malam dengan ditemani cahaya lilin yang tidak begitu terang. Ya, tidak seterang kobaran api cinta kita berdua. Saat itu juga, kamu mengeluarkan kotak merah berbentuk hati. Aku sudah bisa menebaknya, pikirku. Di dalamnya terdapat sepasang cincin bertahtakan satu berlian mungil yang sangat cantik. Ditemani iringan lagu romantis, kamu.. melamarku. Tidak bisa aku bayangkan betapa bahagianya aku saat itu. Rasanya, tidak ingin ku sudahi malam itu. Namun, waktu jua yang tega memakan kebersamaan kita. Kamu mengantarku pulang dengan masih tertawa bahagia. Pun aku jua.

Kenangan itu menari-nari di hadapanku. Memutar kembali film masa lalu.

“Kali ini biar kamu yang duluan pulang ya. Aku ingin ngeliat punggung kamu yang menjauh. Selama ini kan aku terus.”  

Dia menganggukkan kepala lalu menyunggingkan senyum. Perlahan akhirnya dia menjuh. Ada rasa aneh yang berdesir saat itu, rasa seperti aku tidak akan melihat senyumannya lagi. Perasaan gelisah. Buru-buru aku menangkis semua praduga tersebut.

Dan dari jauh terdengar suara gemuruh.

Aku bergegas menuju kamar, berharap dia cepat menelepon. Lama-lama aku tunggu, tak jua ponselku berdering. Mungkin dia lelah lalu tertidur, pikirku. Dan aku pun terlelap penuh kebahagiaan.

Keesokan harinya, hari ini, sebuah pesan singkat masuk ke ponselku.

"Turut berduka cita ya, Nggi. Gak nyangka Dito pergi secepat ini. Yang sabar ya."

Aku tidak mengerti apa maksud dari pesan singkat itu. Aku pun langsung mencari tahu. Aku turun ke bawah, dan mendapati ibuku tertunduk lesu dan menangis. Lalu, kata-kata yang ibu ucapkan membuatku mual, "Nak, Dito sudah meninggal. Kecelakaan tadi malam."
***

Teringat disaat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita

***
Dan tibalah aku di sini. Di sudut kamar yang sepi. Jendela kamar yang sedari tadi terbuka meniupkan angin malam yang seolah-olah menyenandungkan namamu. Membelai-belai rambutku dengan manja. Aku berusaha bangkit. Berdiri tegak dengan topangan bingkai jendela yang terbuka. Tapi aku terlalu rapuh.

Dan dengan cepat
Aku
Terjatuh

Mati..


(fin)

Terinspirasi (lagi) dari lagu : Semua Tentang Kita - Peterpan :D



Tidak ada komentar

Posting Komentar