andaikan..

"Yang ku bisa hanya melihatnya. Adakah cara lain untuk membuatnya melihat sekilas kepadaku?"

Aku melihatnya datang kepadaku, membawa sekuntum mawar merah yang tadi aku berikan. Di jarinya melingkar sebuah cincin sederhana berwarna perak yang mengkilap di bawah sinaran senja. Sedang aku disini, duduk diam di tepi pantai indah yang ditemani nyanyian ombak yang sedang bergulung manja. Dia berlari kecil, dan aku pun beranjak untuk menyambut dirinya, pujaan hati yang sudah lama ku dambakan. Bermandikan sinar jingga kemerahan, kedua pasang mata kami bertemu. Layaknya adegan dalam sebuah film, siluet wajah kami menyatu. Tatapannya membuatku meleleh. Ku pejamkan mata dan berujar dalam hati, semoga ini bukan mimpi.

***

Aku terbangun dari lamunanku. Memandangi foto seorang wanita yang sedang tersenyum. Parasnya cantik, mata runcing, dengan tekstur wajah yang halus. Aku membelainya, dari atas kepalanya hingga ke ujung kakinya. Mengagumi ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Dia, ya dia. Dia, ya hanya dia. Aku kembali menaruh fotonya di meja berwarna biru muda. Meletakkannya di atas sebuah kertas berwarna merah muda ditemani sebuah kotak kecil berwarna kuning muda -warna kesukaannya-.

"Banyak hal yang sebenarnya ingin aku katakan. Dan kau pasti tahu itu. Kau tidak perlu menebak karena kau pasti tahu betul apa yang aku ingin lakukan. Bagaimana tidak? Seorang  pria yang dekat denganmu-dulu ataupun sekarang- mengirimimu sebuah bingkisan seperti ini. Ya, tapi setidaknya, sebelum kau berkutat dengan pikiranmu itu, izinkan aku untuk mengatakannya.

Kau adalah bagian dari sebuah mozaik hidupku. Sebuah kisah yang sejak awal tidak ingin aku tuliskan. Tapi kau mauk begitu saja, tanpa permisi dan langsung mencuri. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Pesonamu mengalihkanku, mematikan syaraf-syaraf di seluruh bagian otakku. Kau membuatku jadi manusia yang aneh. Seorang manusia yang selalu berusaha menarik perhatianmu. Yah walaupun aku tahu, kau tetap tidak bisa melihat ke arahku.

Aku pernah membuangmu jauh dari dalam pikiranmu. Menjalin hubungan dengan seseorang lain yang kupikir bisa mengalihkanku dari dirimu. Namun ternyata aku salah. Aku terpikat bayanganmu, sehingga menghendaki dia untuk jadi sepertimu. Aku berusaha berpaling, Namun kau selalu bisa membuatku untuk kembali. Aku tahu apa yang ada di pikiranmu. Kau tanya bagaimana, bukan? Jujur, aku juga tidak tahu. Apakah aku harus punya alasan untuk terus melihatmu?

Aku tahu, aku tak cukup gentle untuk mengatakan langsung padamu. Kau kira aku pasti takut, dan kau pasti berpikir aku ini pengecut, bukan? Ya, benar. Aku memang seperti itu. Aku terlalu takut, bila tahu aku akan kehilanganmu. Dan aku juga pengecut bila tahu kau akan menjadi bukan milikku. Jadi biarkanlah sekarang, aku tuangkan semua perasaanku kepadamu. Aku tidak meminta apa-apa darimu. Yang kuminta hanyalah, Bisakah kau sebentar saja melihat ke arahku?"

DSI

***
Lembaran itu, sudah dua tahun tersimpan disitu. Tidak berubah, tidak berpindah. Selalu seperti itu. Sama seperti hatiku. Ahh. Andaikan bisa ku putar waktu. Aku ingin kembali ke masa itu, masa dimana aku dan kamu dekat dan hampir menjadi satu. Ya, masa ketika keberanianku dikalahkan egoku. Masa penyesalanku, ketika ku lepas dirimu. Aku berbaring, dan perlahan memejamkan mataku. Ahh, biarlah kau jadi milikku, di alam tidurku. Rasanya aku ingin seperti ini, terus menggenggam tanganmu di pantai ini. Duduk berdua dan memandangi bintang-bintang. Andaikan.

Tidak ada komentar

Posting Komentar