Saat kecil, ada satu rutinitas yang selalu saya ingat dengan jelas: suara teriakan "Jamu... Jamu..." dari seorang tukang jamu yang lewat di depan rumah dengan sepeda birunya. Suara perempuan paruh baya tersebut setiap seminggu tiga kali sudah menjadi panggilan yang akrab di telinga saya dan keluarga.
Saya ingat betul, mama selalu keluar rumah dan memanggil
“Bibik Jamu” tersebut. Pesanannya selalu sama : jamu beras kencur untuk satu
keluarga. Rasa pahit yang khas bercampur dengan manisnya gula menjadi sesuatu
yang, meski awalnya sulit diterima lidah anak kecil, lama-lama menjadi rasa
yang familiar dan menetap lama di memori saya bahkan hingga saat ini. Mama
selalu berkata bahwa jamu itu baik untuk kesehatan dan itu yang selalu ia tekankan
ketika ada dari saya atau saudara lainnya yang enggan meminumnya.
Selain beras kencur, ada satu lagi jamu yang menjadi
favorit saya dan saudara-saudara: jamu Buyung Upik, tepatnya rasa stroberi.
Berbeda dengan beras kencur, jamu ini rasanya lebih manis dan menyenangkan,
cocok untuk anak-anak seperti saya dan saudara-saudara saya. Biasanya, jamu ini
kami minum ketika kami sudah merasa enggan minum jamu beras kencur. Mama akan
memberikan jamu Buyung Upik untuk tetap memastikan kami meminum jamu.
Jamu Buyung Upik Strawberry |
Kebiasaan ini terus berlangsung sampai menjelang saya
masuk SMP. Tukang jamu dengan sepeda birunya tetap setia lewat di depan rumah,
dan suara "Jamu... Jamu..." tetap menggema di telinga kami. Perkara
jamu bukanlah sesuatu yang asing bagi saya; ia telah menjadi bagian dari
rutinitas dan kenangan masa kecil yang tak terlupakan.
Sejarah dan Tradisi Jamu di Indonesia
Saya mungkin jadi salah satu yang beruntung sebab saya
telah dikenalkan dengan jamu sedari kecil. Latar belakang mama sebagai orang Magelang
dan kebiasaannya meminum jamu bersama kakek nenek dibawanya ke kami di
Palembang. Meskipun begitu, ternyata banyak pula yang tidak mengetahui apa itu
jamu. Kebanyakan malah kurang familiar dan hanya mengetahui bahwa jamu = ramuan
dari tumbuh-tumbuhan. Dan itu sama sekali tidak sepenuhnya salah.
Berbicara mengenai jamu, dikutip dari Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, jamu memiliki dua asal istilah. Pertama merupakan
gabungan dari kata Jawa dan Ngramu yang berarti ramuan yang dibuat oleh orang
Jawa. Ada pula istilah lain dari Jawa Kuno : Djampi yang berarti metode untuk penyembukan
dengan menggunakan ramuan herbal.
Jamu sendiri dipercaya telah ada sejak zaman Kerajaan
Mataram dan berkembang hingga saat ini dan menjadi sebuah tradisi turun temurun
yang terus dijaga. Selain itu juga, jamu pun memiliki banyak jenis tergantung
dari bahan baku yang digunakan. Data dari Riset Tumbuhan Obat dan Jamu
(RISTOJA) yang dilakukan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
mengungkapkan bahwa terdapat 32.013 ramuan obat tradisional, dan 2.848 spesies
tumbuhan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu tradisional). Jadi tidak
mengherankan jika jamu menjadi salah satu Warisan Budaya Takbenda yang
ditetapkan oleh UNESCO.
Manfaat Jamu untuk Kesehatan Keluarga
Sebagai minuman herbal warisan Indonesia, sudah pasti
jamu memiliki banyak manfaat kesehatan khususnya bagi keluarga Indonesia. Nah,
ini dia beragam manfaat dari jamu:
· Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Beberapa jenis jamu berasal dari rempah-rempah alami dan memiliki kandungan anti inflamasi yang dapat mengurangi peradangan.
· Meningkatkan Nafsu Makan
Khususnya bagi anak-anak, rempah seperti temulawak populer untuk membantu meningkatkan nafsu makan dan membantu kesehatan pencernaan.
· Melawan Radikal Bebas
Banyak rempah-rempah seperti kunyit yang menjadi dasar pembuatan jamu memilki kandungan antioksidan yang penting untuk melawan efek radikal bebas.
· Menjaga Stamina Tubuh
Rempah seperti jahe mengandung banyak
magnesium dan vitamin C yang dapat mengatasi pegal-pegal karena kelelahan.
Jamu Sebagai Pertolongan Pertama Pada
Keluarga (P3K)
Dengan melihat banyak manfaat yang ada di jamu, selain
menjadi kenangan masa kecil, saat ini jamu juga menjadi bagian penting dari
pertolongan pertama di keluarga kami. Saat masuk angin, yang pertama dicari
adalah jamu tolak angin. Dengan rasanya yang hangat dan khas, jamu menjadi
andalan keluarga untuk mengatasi gejala masuk angin, seperti kembung, mual, dan
meriang. Efeknya yang cepat membuat kami selalu menyediakan tolak angin di
rumah sebagai bagian dari kotak P3K keluarga.
Favorit Saat Ini |
Tidak hanya itu, ketika ingin menyegarkan tubuh
setelah hari yang melelahkan atau sekadar ingin menjaga kesehatan, keluarga
kami biasa mampir ke toko jamu. Di sana, kami bisa memilih berbagai macam jamu
sesuai kebutuhan, dari yang berkhasiat untuk menambah stamina hingga yang
berguna untuk relaksasi. Kebiasaan ini menjadikan jamu sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari gaya hidup kami, memastikan kami selalu dalam kondisi terbaik.
Jadi, mengkonsumsi jamu sebetulnya bukan hanya tentang
menjaga kesehatan. Akan tetapi jamu juga menjadi budaya dan tradisi bangsa yang
perlu dilestarikan.
Tidak ada komentar
Posting Komentar